Mohon tunggu...
Rafi Rasyid Sukmahadi
Rafi Rasyid Sukmahadi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Student of Al-Azhar University

semua artikel saya di kompas isinya hanya obrolan biasa, jadi gak usah serius amat bacanya. keep santuy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Tingkatkan "Overthinking" dan Jangan Lupa Bawa "Smart Thinking"

7 Juni 2022   13:18 Diperbarui: 18 November 2022   20:21 1805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
senja di sungai nile (Dokpri)

WARNING!!! Anda memasuki fase yang mana muncul genre lagu self-healing setelah beberapa genre lagu senja mem-booming. 

Jika anda sedang dilanda kegalauan, anda tentunya tidak sendirian karena banyak lagu yang bisa mewakilkan perasaanmu untuk diungkapkan dan didengarkan. 

Jika anda sedang dilanda kehaluan, anda juga tidak sendiri, banyak teman yang sedang sama-sama berjuang meraih cerahnya masa depan.

Hallo kompasianer dan teman-temanku sebangsa dan setanah air dari Sabang sampai Merauke. Teman-temanku sekalian, khususnya yang seumuran denganku yakni anak-anak muda yang baru masuk usia 20 an ke atas.

Di sini aku akan berbagi pendapat mengenai semua hal yang berkaitan dengan pengantar di atas. Sebelum itu, perlu kalian ketahui bahwa aku menulis tulisan ini disertai dengan mendengarkan lagu self-healing di youtube wkwkw.

Supaya lebih mendalami maknanya sih katanya, entahlah yang penting agar sedikit terasa vibesnya kan, tapi iya juga sih lumayan enak dan meresapi. Mungkin kalian juga bisa membaca tulisan ini sambil mendengarkan musik juga.

Apa sih yang kalian semua rasakan ketika beranjak menjadi manusia dengan istilah sudah kepala dua? Di tengah banyaknya slogan overthinking yang berlanjut pada wajibnya self healing, istilah kepala dua seakan-akan bukan sekadar majazi lagi. 

Melainkan menjadi hakiki, yakni benar-benar memiliki kepala dua meskipun secara organ salah satunya tidak nampak. Yaa kalau nampak menjadi dua kepalanya, repot juga orang ketika melihatnya.

Yang intinya istilah kepala dua menjadi bahan cocoklogi (mungkin) untuk menggambarkan betapa banyaknya pikiran dalam kepala sehingga menjadi beban yang lebih berat untuk dipikul oleh satu orang manusia secara normal. 

Sehingga berdampak overthinking, segala terpikirkan baik itu disengaja atau pun tidak. Baik itu yang realistis maupun yang hanya idealis dan macam-macam pikiran lainnya. 

Lalu lahirlah kegiatan self healing untuk merilekskan kepala yang mumet dan jelimet dengan berbagai pikiran tentang segala hal. Betulkan? Mungkin sebagian banyaknya merasakan hal itu, karena memang itu fasenya dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun