Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Genderuwo

13 Agustus 2021   08:05 Diperbarui: 13 Agustus 2021   08:45 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 "Nanti bapak menggunakan kamar ini. Ini kamar yang biasanya saya tempati. Nanti biar saya tidur di kamar ibu." Kata pak lurah.

Pak Dito sempat mengamati  beberapa ketika istri pak lurah itu menyajikan minuman dan beberapa makanan ringan. Perempuan bertubuh sintal, berwajah ayu dengan bibir yang sensual.  Tak terasa air liur pak Dito mengucur di rongga mulut. Ia meneguk minuman untuk menutupi pikiran seronoknya.

"Saya malam ini punya tugas ronda di kalurahan, pak." Kata Pak Lurah.

" Nanti bila bapak ingin ngobrol biar ditemani ibu. Pokoknya bila butuh apa-apa tinggal bilang sama ibu.  Saya mungkin pulangnya besuk pagi."

Ah itu yang ditunggu-tunggu pak Dito. Dan itu merupakkan sinyal bahwa pak lurah mengijinkannya berakrab-akrab dengan bu lurah yang cantik itu, pikir pak Dito. Bukan ingin ngobrol saja. Pak Dito bahkan berharap dapat menikmati tubuh bu Lurah yang seksi dan ranum itu.

Sepeninggal pak Lurah pak Dito mulai ngobrol kesana-kemari dengan bu Lurah sambil menonton TV di ruang keluarga. Tanpa pak Lurah pak Dito benar-benar mendapatkan kesempatan untuk memandangi keindahan perempuan itu. Semakin lama memandang semakin tergelitik hasratnya.

Setelah sinetron di TV selesa ibu lurah merasa ngantuk.

"Kamar saya di sebelah ini pak. Kalau bapak butuh apa-apa tinggal bangunkan saya."

Pak Dito sangat senang. Kesempatan kali ini tak akan disia-siakannya. Di dalam kamar otak pak Dito berputar seperti gasing untuk menemukan strategi licik apa yang ingin ia terapkan. Kalau ia langsung masuk ke kamarnya, merayu langsung kelihatannya kurang pantas dan terlalu vulgar.

Akhirnya ia menemukan cara yang jitu untuk dapat mendekati bu lurah yang cantik ini. Ia akan berpura-pura masuk angin dan minta bu lurah untuk mengerik punggung dan dadanya. Nah pada saat itu aka nada kesempatan untuk merengkuh bu lurah dalam pelukannya.

Pak Dita sudah membayangkan betapa indahnya dapat merengkuh tubuh bu lurah. Seorang perempuan ayu dengan tubuh sintal dan bibir sensual itu. Adegan-adegan film porno yang biasa ditontonnya mulai memenuhi benaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun