Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Genderuwo

13 Agustus 2021   08:05 Diperbarui: 13 Agustus 2021   08:45 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

GENDERUWO

Sukir Santoso

Dengan taksi tumpangannya Pak Dito meningalkan bandara menuju desa di tepi pantai. Pak Dito  ditugaskan ke daerah yang terpencil untuk pendampingan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan. Itu adalah desa di sangat jauh dari kota.

Desa surga. Itu sebutan teman-teman sejawatnya untuk desa itu. Konon di desa itu ada adat yang unik. Bila ada seorang yang berpangkat atau pejabat datang di desa itu, mereka membolehkan bahkan berharap pejabat itu meniduri isteri atau anak perempuan mereka. Dengan harapan mereka ditinggali benih keturunan orang berpangkat. Mereka percaya di kemudian hari akan mengangkat derajat keluarga mereka.

Rencana pendampingan itu selama sepuluh hari. Namun di desa itu tidak ada penginapan dan desa itu juga tidak memiliki rumah dinas. Pak Dito diberikan penginapan di tempat pak lurah.

Rumah pak lurah berhalaman luas dan sejuk. Ada pohon mangga dan pohon rambutan. Di dekat teras dihiasi dengan taman yang bagus.


Ketika pak Dito datang seorang perempuan masih muda dan berparas cantik menyambut kedatangan pak Dito bersama pak Lurah. Ternyata perempuan itu isteri pak lurah.

"Ini pak Dito, bu,"kata pak lurah.

Pak Dito mengangguk tersenyum.

"Pak Dito dari Jakarta.  Untuk beberapa hari ini tugas pendampingan di sini," lanjut pak Lurah." Tolong siapkan kamar untuk beliau."

Kemudian pak Lurah mengajak pak Dito untuk melakukan orintasi di rumahnya. Pak Lurah menunjukkan tata letak rumahnya. Terutama di mana kamar makan, kamar mandi dan toilet. Setelah itu menunjukkan kamar yang sudah ditata oleh Bu Lurah.

 "Nanti bapak menggunakan kamar ini. Ini kamar yang biasanya saya tempati. Nanti biar saya tidur di kamar ibu." Kata pak lurah.

Pak Dito sempat mengamati  beberapa ketika istri pak lurah itu menyajikan minuman dan beberapa makanan ringan. Perempuan bertubuh sintal, berwajah ayu dengan bibir yang sensual.  Tak terasa air liur pak Dito mengucur di rongga mulut. Ia meneguk minuman untuk menutupi pikiran seronoknya.

"Saya malam ini punya tugas ronda di kalurahan, pak." Kata Pak Lurah.

" Nanti bila bapak ingin ngobrol biar ditemani ibu. Pokoknya bila butuh apa-apa tinggal bilang sama ibu.  Saya mungkin pulangnya besuk pagi."

Ah itu yang ditunggu-tunggu pak Dito. Dan itu merupakkan sinyal bahwa pak lurah mengijinkannya berakrab-akrab dengan bu lurah yang cantik itu, pikir pak Dito. Bukan ingin ngobrol saja. Pak Dito bahkan berharap dapat menikmati tubuh bu Lurah yang seksi dan ranum itu.

Sepeninggal pak Lurah pak Dito mulai ngobrol kesana-kemari dengan bu Lurah sambil menonton TV di ruang keluarga. Tanpa pak Lurah pak Dito benar-benar mendapatkan kesempatan untuk memandangi keindahan perempuan itu. Semakin lama memandang semakin tergelitik hasratnya.

Setelah sinetron di TV selesa ibu lurah merasa ngantuk.

"Kamar saya di sebelah ini pak. Kalau bapak butuh apa-apa tinggal bangunkan saya."

Pak Dito sangat senang. Kesempatan kali ini tak akan disia-siakannya. Di dalam kamar otak pak Dito berputar seperti gasing untuk menemukan strategi licik apa yang ingin ia terapkan. Kalau ia langsung masuk ke kamarnya, merayu langsung kelihatannya kurang pantas dan terlalu vulgar.

Akhirnya ia menemukan cara yang jitu untuk dapat mendekati bu lurah yang cantik ini. Ia akan berpura-pura masuk angin dan minta bu lurah untuk mengerik punggung dan dadanya. Nah pada saat itu aka nada kesempatan untuk merengkuh bu lurah dalam pelukannya.

Pak Dita sudah membayangkan betapa indahnya dapat merengkuh tubuh bu lurah. Seorang perempuan ayu dengan tubuh sintal dan bibir sensual itu. Adegan-adegan film porno yang biasa ditontonnya mulai memenuhi benaknya.

Berkali ia melihat jam. Ia ingin melakukannya nanti sehabis tengah malam ketika tetangga tetangga sudah tidur. Akhirnya pak Dito tertidur.

Ketika bangun ia melihat jam sudah pukul 11.45 menit. Segera ia memulai tatiknya. Ia akan berakting sakit perut. Ia mengharap bu lurah akan menunjukkan toilet yang berada di luar rumah walaupun sebenarnya ia sudah diberi tahu oleh pak lurah. Kemudian ia akan berpura-pura masih sakit dan minta dikeroki. Nah setelah dapat berduaan dengan dekat di kamar, pak Dito akan melancarkan serangan asmara mautnya.

Berjingkat pelan pelan seperti kucing mendekati tikus yang akan menjadi mangsanya, ia menuju ke kamar bu lurah. Ternyata pintu kamar setengah terbuka. Berarti bu Lurah yang cantik itu memang memberinya kesempatan, pikirnya. Pelahan dan hati-hati ia memasuki  kamar. Dengan jantung yang berdebur lebih cepat mendekati sosok tubuh yang terbungkus selimut dari ujung kaki sampai ujung kepala. Pak Dito  ingin membangunkan bu lurah. Dengan duduk dipinggir tempat tidur,  tangannya menepuk tubuh yang tertutup selimut itu. Tubuh itu menggeliat sebentar dan membuka selimut yang menutupi kepala.

"Ada apa pak?"

Pak Dito ternganga dan terkejut bukan main. Ternyata sosok yang tertutup selimut itu adalah pak lurah.

Dengan tergagap pak Dito menjawab."Eh, anu pak lurah. Anuu...Saya ketakutan.  Sa..saya ketakutan. Ada gendruwo di kamar sebelah."

Pak Lurah menggeser tidurnya.

"Kalau begitu bapak tidur disini saja dengan saya. Kebetulan ibu tidur di kamar belakang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun