Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Sia-siakan Aminah

11 Agustus 2021   16:00 Diperbarui: 11 Agustus 2021   16:19 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Edisi Agustusan

JANGAN SIA-SIAKAN AMINAH

Sukir Santoso

Tepat pukul 04.00 sebuah ledakan granat  menguak pagi yang nyenyak. Teriakan 'Allahu Akbar' diantara pekikan'MERDEKA.' gemuruh beriring dengan suara tembakan dari para pejuang dan TKR. Beberapa detik kemudian tentara di Markas Osha Butai itu membalas tembakan.

Senapan mitraliur dari markas itu menyalak dengan beringas menghujani pasukan TKR dan para pejuang yang maju menyerang .  Dengan Karaben  Styer M98 aku merunduk maju mendekati markas Jepang itu.  Mayor Soeharto langsung memimpin pasukan TKR menyerbu dari sebelah barat. Letnan Gunadi terus memberi aba agar pletonku terus merangsak maju. Faridan M Noto dari kesatuan Polisi Istimewa. dengan senapan otomatisnya memimpin pasukannya menyerbu dari sebelah selatan.

Di antara letusan senapan dan ledakan granat, para pemuda pejuang Hizbullah terus menyerbu dengan beraninya sambil memekikkan "Allahu Akbar."

Pasukan  TKR, PI dan para pejuang semakin merangsak mengepung markas. Sementara tentara Jepang bertahan dari balik karung pasir yang ditata di depan markas. Semakin dekat kepungan para pejuang semakin gencar pertempuran itu. Pertempuran semakin ribut. Benar-benar pertempuran jarak dekat. Saling kejar dan saling tembak. Sekali-sekali terdengar tentara Jepang mengerang kesakitan karena terkena tembakan atau terhunjam bambu runcing.

Beberapa pejuang roboh terkena tembakan maupun tusukan bayonet. Senjata otomatis di tangan Faridan sempat membuat tentara Jepang yang berada di atap markas terjungkal jatuh. Kemudian ia dapat membungkam senapan mitraliur itu dengan menembak kepala penembaknya. Bersamaan dengan itu juga Kalipan menhunjamkan bambu runcingnya ke dada seorang tentara Jepang yang tidak sempat mengisi magasen senjatanya.

Aku dekat dengan Faridan ketika Polisi itu roboh. Puluhan peluru menerjang dadanya. Aku menyuruh beberapa pemuda untuk membawanya menjauh dari medan pertempuran.

Aku melompat dari balik pagar dan karabenku berhasil merobohkan dua tentara Jepang. Namun dalam waktu yang bersamaan  dua peluru menerjang kening dan dadaku. Seragam TKR-ku memerah karena kucuran darah. Aku roboh ke tanah.

Ketika aku sadar, seorang gadis palang merah sibuk mengobati lukaku. Ternyata ketika aku roboh mereka membawaku mundur ke tempat aman.

"Terima kasih, dhik," kataku.

Separuh kepalaku terbalut perban. Sedang di dadaku ada balutan menyilang dari bahu. Untung peluru itu hanya myerempet saja sehingga tak menembus jantung.

"Boleh aku tahu namamu dhik?" tanyaku sambil mengulurkan tanganku.

"Aminah,"katanya menyambut tanganku.

"Sudiman," jawabku.

Pukul 10.30 akhirnya tentara Jepang mengibarkan bendera putih. Kemenangan itu disambut gegap gempita dengan pekikan MERDEKA dan ALLAHU AKBAR. Kemudian kuketahui 380 tentara Jepang ditawan sedang 27 yang lainnya tewas.

Namun kemenangan pertempuran Kotabaru itu harus ditebus dengan gugurnya 21 pahlawan kusuma bangsa dan puluhan tentara dan pejuang luka-luka.

Hari itu kami mengibarkan bendera setengah tiang untuk tanda berkabung. Dan sore hari dilaksanakan upacara pemakaman para pahlawan kusuma bangsa yang gugur di makam  pahlawan di Semaki, di belakang masjid Kauman. Khusus untuk Faridan M Noto dimakamkan di  Glagah Kulon Progo. (di kemudian hari para syuhada yang gugur tersebut namanya diabadikan menjadi nama jalan di kawasan Kotabaru,)

.................................

Di suatu sore berselang beberapa hari dari pertempuran Kotabaru itu kami duduk santai di depan markas TKR.

"Suit sssuuuiiiit," dari mulut beberapa TKR meluncur suitan untuk menggoda rombongan gadis-gadis PMI yang berseragam putih dengan tanda palang merah di lengan.

Gadis-gadis itu menoleh ke arah kami dan tersenyum malu-malu. Ternyata di antara gadis palang merah itu ada seorang yang telah kukenal.

"Dhik, Aminah," panggilku.

"Eh, mas Sudiman,"jawabnya.

Kemudian dengan melambaikan tangan mereka berlalu.

Malam itu di asrama aku menjadi gunjingan teman-teman  TKR. Aku memang jatuh hati kepada gadis palang merah itu. Sikapnya ramah dan lembut. Semua sempat kurasakan ketika ia merawat lukaku. Seminggu aku di pos palang merah di Gondokusuman. Dan selama seminggu itu pula ia melayaniku dengan baik dan penuh kelembutan. Menurut taksiranku umurnya sekitar 19 tahun. Gadis seusia itu bak buah sedang ranum. Dengan tubuh yang ramping dan wajah yang ayu sangat menawan bagi yang memandangnya.

"Oh, Aminah. Penjara hatiku," bisikku pelan-pelan.

Kuelus-elus senapan M98-ku dengan kain lap setelah kulumuri dengan minyak senjata. Kemudian kukembalikan ke rak senjata. Pelahan kubaringkan tubuhku di samping Abu Sujak. Abu Sujak adalah teman akrabku sejak kecil di Karangkajen. Kami sama-sama masuk PETA. Setelah kemerdekaan kami bergabung di kesatuan BKR. Kemudian dengan adanya maklumat 5 Oktober1945  berganti dengan nama TKR. Di kesatuan TKR .i kamiberada  dibawah pimpinan mayor Soeharto.

Sore berikutnya kami duduk-duduk lagi di depan markas sambil menanti gadis-gadis palang merah itu lewat. Namun kutunggu sampai senja tidak juga kelihatan.

"Pral, nanti malam kau ikut aku," kata letnan Gunadi.

"Kemana let?"tanyaku.

"Nanti akan tahu," jawabnya. "Yang penting kau siap dulu."

"Siap ndan," jawabku sambil menganggkat tanganku dalam sikap hormat.

Kemudian letnan Gunadi menyuruhku mengenakan seragam militer. Seragam militer yang baru saja diterima. Dengan tanda pangkat kopral satu aku bangga dengannya. Letnan dua Gunadi juga berseragam lengkap.

Kemudian dia menyuruh aku mengambil jeep di garasi asrama. Pukul tujuh malam kami berdua meninggalkan Benteng Van De Brug. Kusetir Jeep itu menuju ke timur melewati Puro Paku Alam lalu ke selatan menuju Tungkak. Dari Tungkak ke timur dan jeep menuju kampung Pakel.

Kami berhenti di sebuah rumah dengan halaman yang agak luas. Aku terkejut ketika pintu depan rumah itu terbuka dan seorang gadis cantik muncul dari balik pintu. Ternyata gadis itu si Aminah, gadis palang merah pujaanku. Gadis yang kuimpikan.

Perasaan cemburu membuatku gemetar. Apa lagi ketika letnan Gunadi mengeluarkan kotak kecil dari sakunya. Kotak itu dibukanya. Kulihat dalam kotak itu sebuah cincin emas dengan mata berlian.

Hatiku hancur berkeping-keping ketika letnan Gunadi menyerahkan kotak itu kepada Aminah.

"Maukah dhik Aminah menjadi isteriku?" ucap letnan Gunadi.

Gadis itu menganguk.

Sekilas pandanganku menjadi gelap.

..................................

"Donya kuwi ora mung sak godong kelor, pral," Abu Sujak menghiburku.

"Masih banyak gadis-gadis untuk dipersunting,"lanjutnya."Banyak gadis yang memimpikan jadi isteri tentara. Apalagi pangkatmu Kopral. Kopral Sudiman"

Dengan gaya lucunya Abu Sujak melagukan lagu Ismail Marzuki "Kopral Jono."

Oh Kopral Jono, gadis mana yang tak kenal akan dikau
Oh Kopral Jono, gadis mana yang tak rindu akan dikau

Gayamu yang perkasa mirip banget panglima
Ramah tamah-mu membikin gila hati wanita

O o o Kopral Jono
Kopral Jono, Kopral Jono, Kopral Jono

Oh Kopral Jono, dikau buah tutur gadis nan remaja
Oh Kopral Jono, dikau sensasi gadis gunung dan kota

Aksimu bung very good seperti mas Robin Hood
Dengan jambulmu semua gadis bertekuk lutut

O o o Kopral Jono
Kopral Jono, Kopral Jono, Kopral Jono

Oh Kopral Jono, dikau rebutan para gadis juwita
Oh Kopral Jono potret-mu menghiasi dinding mereka

Memang hebat lagakmu seperti mas Danny Kaye
Bikin dunia wanita semua kacau berabe

: O o o ... Kopral Jono Kopral Jono, Kopral Jono, Kopral Jono

Selesai menyanyi Abu Sujak meraih karaben-nya bersiap untuk apel pagi.

 Kuikuti dia menuju halaman markas. Letnan Gunadi komadan pletonku sudah hadir di sana. Komandan yang membuat cinta dan harapanku menjadi puing.

Aku mundur walaupun aku sangat menyayanginya. Letnan  Gunadi adalah atasanku yang baik hati. Dia juga teman baikku sejak di PETA. Ah kubiarkan diriku menjadi pemuja yang tersembunyi. Biarlah Aminah bahagia dengan pilihannya.

Lamunanku terhenti ketika komandan dengan lantang memberi aba,"Pasukan.....BER...SIIIAAAAAP!"

Lalu pada upacara itu komandan TKR di benteng Van Den Brug, mayor Soeharto, memerintahkan semua pasukan untuk siap mempersiapkan diri untuk berangkat ke Magelang membantu pasukan TKR dan para pejuang Magelang untuk melawan tentara Inggris dan NICA.

Tentara sekutu yang mendarat di pelabuhan Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Pasukan Sekutu terdiri dari  Brigade Artileri Inggris dari Divisi India yang dipimpin oleh Brigadir Jendral Bethel. Gubernur Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro menyambutnya dengan baik. Pada awalnya tentara sekutu hanya bermaksud untuk mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah. Dan Brigadir Jendral Bethel berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun setelah mereka sampai di Ambarawa dan Magelang ternyata tentara NICA Belanda membonceng di belakangnya. Bahkan sekutu mempersenjatai para tawanan untuk memperkuat kedudukannya di Magelang.

Pada tanggal 26 Oktober 1945 tentara sekutu dan Nica membuat kekacauan. Mereka melucuti senjata para TKR. Rakyat marah. Tentara TKR resimen Magelang di bawah pimpinan letkol M Sarbini beserta para pejuang mengepung kota. Pertempuran di Magelang berkobar. Pasukanku datang mendahului induk pasukan TKR Yogyakarta untuk memperkuat TKR dan para pejuang di Magelang.

Kini aku tak menggunakan karabiner Mauser 98 lagi. Letnan Gunadi memberikan Stengun. Senapan otomatis kaliber 9 milimeter. Senapan ini cocok untuk pertempuran dalam kota. Dengan pemberian senapan ini membuat rasa cemburuku pada letnan Gunadi agak berkurang. Stengun ini siap memberondong tentara Inggris dan Nica.

Dalam pertempuran itu pasukan Sekutu terdiri dari tentara Ghurka dari kesatuan Ingris di India dan tentara Inggris asli dar satuan Artileri dan Angkatan Laut. Selebihnya adalah tentara NICA.

Pertempuran itu berlangsung siang dan malam selama enam hari. Pasukan Sekutu dan NICA terjepit di dalam kota. Dalam pertempuran itu sebetulnya tentara sekutu di Magelang sudah terdesak.

Pada tanggal 2 November 1945 Bung Karno menemui brigadir jenderal Bethel. Namun kedatangan Bung Karno untuk berunding dengan Brigadir Jenderal Bethel untuk gencatan Senjata justru menyelamatkan mereka yang hampir kalah.

Isi perjanjian itu  antara lain : Sekutu tetap di Magelang untuk melindungi dan mengurus evakuasi tentara Sekutu dan angota Red Cross yang ditawan Jepang. Jumlah tantara Sekutu dibatasi sesuai tugasnya. Jalan raya Ambarawa dan Magelang terbuka untuk jalur lalu lintas Indonesia dan Sekutu. Sekutu tidak akan mengakui aktivitas NICA.

Namun Bethel secara diam-diam menarik pasukanya ke Ambarawa. Mengetahui hal ini Letkol Sarbini sebagai komandan resimen memerintahkan pengejaran dan penghadangan.

Tentara Sekutu dan NICA tertahan di desa Jambu oleh pasukan Onie Sastrodihardjo. Sedang batalyon Soerjosoempeno berhasil menghadang di desa Ngipik.

................................

Tanggal  21 November 1945, pesawat-pesawat cocor merah melakukan pengeboman di desa-desa sekitar Ambarawa. Sementara canon dan mortir dari kapal Ingris  HMS Hussex di Semarang berjatuhan di medan tempur dan pemukiman penduduk.

Dalam pertempuran di Jambu itu kolonel Isdiman gugur.   Dengan gugurnya kolonel Isdiman di desa Jambu pada tanggal 26 November 1945,  kolonel Sudirman  sebagai Panglima TKR turun langsung memimpin pasukan TKR.

Dalam hujan bom dan mortir tersebut Pasukan TKR Bersama parapemuda pejuang dari Boyolali, Salatiga, Kartosura dan Yogyakarta membangun pertahanan di sepanjang rel kereta api.

Malam itu pasukan TKR bersama para pejuang berencana melakukan serangan fajar untuk menguasai Pingit. Pletonku terus bergerak mengikuti aba-aba letnan Gunadi. Dan akhirnya pertahanan Inggris di Pingit dapat dikuasai.

Kedatangan batalion 10  di bawah pimpinan mayor Soeharto dan batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono semakin menambah kekuatan pertahanan di Amarawa. Namun dalam kedudukan yang terjepit itu Ingris tak mau mengalah. Inggis dengan pasukan Ghurka, pasukan tank artileri terus melancarkan serangan untuk memecahkan kepungan.

Pasukan TKR dan para pejuang terus merapatkan kepungan. Mereka dengan gagah berani menerjang pasukan musuh.

Letnan Gunadi terus memimpin pasukan dengan garang. Pletonku menyusup dari arah samping. Kulemparkan granat ke arah tentara Ghurka yang berlindung di lubang pertahanan. Tiga orag ghurka terlempar dan jatuh tak berkutik. Senapan otomatis Owen di tangan letnan Gunadi sempat menembus tubuh tiga orang Ghurka dan membuat yang lain kocar-kacir mengundurkan diri.

Namun tiba-tiba pesawat Cocor Merah meraung di atasku. Aku berguling-guling mencari perlindungan. Sementara cocor merah itu terus memberondong kami dengan tembakan senapan mesin.

Seorang anggota pleton kami roboh terkena pecahan mortir. Letnan Gunadi berusaha menolong. Namun berondongan senapan mesin telah menerjang tubuhnya. Dalam keadaan luka parah letnan Gunadi memerintah sersan Tukimo untuk menggantikan dia untuk memimpin pasukan . 

Darah dari luka tembakan mengucur deras. Kulepas bajuku, kurobek dengan pisau belatiku. Aku mencoba untuk menyumpal lukanya dengan robekan baju. Tetapi darah terus mengucur.

Dalam pangkuanku letnan Gunadi berkata lirih," Sudiman, aku titip Aminah. Jagalah dia. Jangan sia-siakan Aminah."

 Kemudian dengan senyum terlintas bibirnya bergerak-gerak mengucapkan" Laa ilaha illallah."

Letnan Gunadi Gugur.

2000 lebih tentara dan pejuang yang gugur dalam pertempuran Palagan Ambarawa ini. Namun  pengorbanannya tidak sia-sia.  TKR bersama masyarakat dan pemuda pejuang menang atas Sekutu dan NICA. Indonesia menang atas penjajah! Dan ini semakin menguatkan semangat juang selanjutnya.

Yogyakarta, Agustus 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun