Mohon tunggu...
Sukir Santoso
Sukir Santoso Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru yang suka menulis

Peduli pada bidang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya. Saya merasa tertarik untuk memahami manusia, bagaimana mereka belajar, serta bagaimana pengalaman budaya dan seni dapat memengaruhi mereka. Saya sangat peduli dengan kesejahteraan sosial dan keadilan, dan mencari cara untuk menerapkan pemahaman tentang psikologi, sosiologi, pendidikan, seni, dan budaya untuk membuat perubahan positif dalam dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Sia-siakan Aminah

11 Agustus 2021   16:00 Diperbarui: 11 Agustus 2021   16:19 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Siap ndan," jawabku sambil menganggkat tanganku dalam sikap hormat.

Kemudian letnan Gunadi menyuruhku mengenakan seragam militer. Seragam militer yang baru saja diterima. Dengan tanda pangkat kopral satu aku bangga dengannya. Letnan dua Gunadi juga berseragam lengkap.

Kemudian dia menyuruh aku mengambil jeep di garasi asrama. Pukul tujuh malam kami berdua meninggalkan Benteng Van De Brug. Kusetir Jeep itu menuju ke timur melewati Puro Paku Alam lalu ke selatan menuju Tungkak. Dari Tungkak ke timur dan jeep menuju kampung Pakel.

Kami berhenti di sebuah rumah dengan halaman yang agak luas. Aku terkejut ketika pintu depan rumah itu terbuka dan seorang gadis cantik muncul dari balik pintu. Ternyata gadis itu si Aminah, gadis palang merah pujaanku. Gadis yang kuimpikan.

Perasaan cemburu membuatku gemetar. Apa lagi ketika letnan Gunadi mengeluarkan kotak kecil dari sakunya. Kotak itu dibukanya. Kulihat dalam kotak itu sebuah cincin emas dengan mata berlian.

Hatiku hancur berkeping-keping ketika letnan Gunadi menyerahkan kotak itu kepada Aminah.

"Maukah dhik Aminah menjadi isteriku?" ucap letnan Gunadi.

Gadis itu menganguk.

Sekilas pandanganku menjadi gelap.

..................................

"Donya kuwi ora mung sak godong kelor, pral," Abu Sujak menghiburku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun