Mohon tunggu...
Akhmad Sujadi
Akhmad Sujadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Enterpreneur

Entepreneur

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jakarta Tak Mampu Selesaikan Masalah, Ibu Kota Pindah

28 Agustus 2019   07:17 Diperbarui: 28 Agustus 2019   17:57 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan kumuh pinggiir sungai dan rel KA (ft. Antara)

Ada beberapa kesalahan Jakarta sebagai ibu kota negara dalam menata kota, sehingga Jakarta  ditinggalkan sebagai ibu kota. Pemerintah  memilih memindahkan ibu kota negera ke Kalimantan Timur. 

Jakarta ibarat baju bekas namun harus dirubah menjadi baju baru yang bisa tampil bagus. Seperti wjah kereta api sebelum tahun 2009, kusut, kumuh, tidak tertib dan tidak nyaman. Cara berbenahnya harus frontal dan melibatkan semua orang.

Kalau mau mempertahankan Jakarta sebagai  ibu kota negara, Jakarta harus merubah wajah secara frontal. Terlalu sulit, rumit dan memerlukan effort cukup besar untuk bisa berubah frontal melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Kekumuhan pemukiman di kanan kiri rel, di kanan kiri sungai dan semrawutnya lalu intas DKI Jakarta dengan hadir transportasi berbasis aplikasi  serta kualitas udara yang semakin buruk yang sulit diatasi. Hunian di pinggir rel dan sungai tidak ditangani secara serius melibatkan berbagi unsur dan menjadi prioritas sehingga wajah kota tetap kumuh,  hal ini telah menjadi salah satu pemicu i ibu kota segera pindah.

Pemerintah telah mengumumkan pemindahan ibu kota negara Republik Indonsia dari Kota Jakarta ke Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Penajam Pnaser Utara dan Kutai Kerta Negara. Dua kabupaten ini dipilih setelah melalui kajian dan proses panjang.

Presiden Jokowi merupakan eksekutor kebijakan yang bijak. Banyak hal yang sebelumnya hanya wacana, begitu beliau diberi amanah  langsung dieksekusi dan dilaksanakan. 


Itulah sisi lebih Jokowi yang terbukti mengeksekusi beberapa proyek mangkar dan proyek perlu eksekusi cepat seperti MRT, jalan tol, bendungan,  pengadaan listrik yang sudah direncanakan lama dan perlu  dieksekusi. Hasilnya nyata.

Esekusi penentuan ibu kota baru sebagai pengganti Jakarta yang sudah demikian parah dengan kemacetan, kekumuhan dan kesemrawutan Jakarta  harus ditinggalkan. Wacana pemindahan ibu kota sudah sejak jaman Soekarno dan baru dieksekusi.

Karena Jakarta sulit berbenah menjadi cantik. Pilihan terbaik adalah membangun kota baru sebagai  ibu kota. Membangun baru lebih mudah dibanding menata benang kusut yang rumit atau membuat baju dengan bahan baju bekas.

Jakarta yang sudah berusia lebih dari 492 tahun  dan telah 74 tahun menjadi Ibu Kota Negara RI terbuktti terlalu lamban dan sulit berbenah berkembang menjadi kota yang ideal untuk menjadi kota yang aman, nyaman dan tertata baik, sehingga dapat menampakkan citra,  wajah baik ibu kota, wajah baik negara. 

Kekumuhan di pinggir sungai, di pinggir rel masih menyelimuti Jakarta dan sulit diselesaikan, wajar bila Jakarta ditinggalkan sebagai  ibu kota negara.

Membangun ibu kota baru seperti membngun MRT di Jakarta lebih mudah dan hasilnya bagus dibandingkan membenahi KRL Jabodetabek yang sudah kusut dan sulit. 

Beruntung ada upaya paksa dari KAI, sehingga dalam lima tahun sejak 2009 hingga 2014 KRL berubah wajah secara total. Maukah Jakarta berubah frontal? Rasanya sulit, karena itu pindah ibu kota menjadi pilihan tepat untuk Indonesia yang lebih baik.

Kepindahan ibu kota sudah pasti setelah Presiden Joko Widodo telah resmi mengumumkan ibu kota negara akan dipindahkan dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. 

Pengumuman yang sudah ditunggu-tunggu itu disampaikan Jokowi dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Selasa (27/8/2019) kemarin.

Pemerintah telah menetapkan lokasi ibu kota  di dua kabupaten yang tersambung di Kalimantan Timur (Kaltim). Penetapan ibu kota negara sebagian di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kabupaten Kutai Kertanegara. Lokasi ini dinilai paling ideal sebagai ibu kota negara pengganti Jakarta.

Pemerintah tidak dengan tiba-tiba menetapkan dan memutuskan namuan  telah melakukan kajian mendalam dan intensifkan studinya selama tiga tahun. 

Terpilihnya  Kaltim setidaknya menurut Jokowi ada beberapa alasan diantaranya  risiko bencana,  baik bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, maupun tanah longsor lokasi ini dinilai minim.

Selain itu luasnya juga 3 kali Jakarta, berada di tengah-tengah wilayah Indonesia,  dekat perkotaan yang berkembang, yaitu  Kota Balikpapan dan Kota Samarinda. Memiliki infrastruktur yang relatif lengkap dan di lokasi tersebut terdapat lahan pemerintah,  seluas 180.000 hektar. Jakarta tetap ada, namun ibu kota akan pergi meninggalkanya. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun