Mohon tunggu...
Suhendrik N.A
Suhendrik N.A Mohon Tunggu... Citizen Journalism | Content Writer | Secretary | Pekerja Sosial

Menulis seputar Refleksi | Opini | Puisi | Lifestyle | Filsafat dst...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menulis Itu Perkara Menggoda Sunyi (dan Sedikit Utang di Angkringan)

17 September 2025   08:00 Diperbarui: 17 September 2025   17:21 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi, menunggu ide itu juga tidak selalu pasif kok.

Ada masa-masanya kita harus menggoda kesunyian itu, seperti bapak penjajah angkringan yang tahu caranya merayu pembelinya dengan aroma sate usus yang tengah digarang di atas bara arang, atau jahe yang sengaja di panggang di atas arang secara perlahan sebelum dimasukkannya ke dalam susu panas yang berubah menjadi susu jahe yang harum dan menghangatkan badan.

Menurut saya, terkadang kata-kata juga perlu untuk dirayu dahulu dengan sabar dan perlahan, tidak dipaksa datang sekaligus dalam sekali waktu.

Kalau terlalu buru-buru ya jadinya hambar biasanya, seperti seporsi nasi kucing yang kebanyakan nasinya ketimbang lauknya yang hanya berisikan beberapa biji teri dan sambal.

Maka, menulis membutuhkan kesediaan untuk duduk berjam-jam, berlama-lama, dan berpura-pura tabah menghadapi segala kebisuan yang melanda diri. 

Ironisnya malah dari dalamnya kepura-puraan itu, sering kali malah melahirkan ide-ide yang muncul tanpa diundang dan entah dari mana.

Tapi tetap saja kita jangan lupa, tidak semua malam yang saya habiskan di angkringan dapat melahirkan barang satu tulisan. Kadang saya malah lebih sibuk menghitung sudah berapa banyak utang kopi yang saya timbun dan catat untuk esok hari.

Utang di angkringan ini sudah menjadi sebuah metafora tentang menulis: kecil, sepele, tapi kalau dibiarkan begitu saja akan membuat kita pusing setiap akhir bulan.

Menulis juga menurut saya sama seperti itu, satu dua ide yang sering kita tunda tampaknya tidak menjadi masalah, tapi lama-lama menumpuk dan menjadi beban untuk kita.

Sialnya, beban itu yang sering banget membuat kita memilih untuk menunda dan terus menunda lagi, dari pada keberanian untuk menuliskannya hingga selesai.

Lucunya ialah dalam keadaan buntu itu justru yang membuat saya semakin sering terjebak kepada refleksi-refleksi yang tak pernah ada ujungnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun