Mohon tunggu...
SUHANDOKO
SUHANDOKO Mohon Tunggu... Wiraswata

Suka makan enak, jalan-jalan, baca dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Socrates, Pernikahan, dan Kebijaksanaan: Antara Tawa dan Tangis

28 Agustus 2025   12:22 Diperbarui: 28 Agustus 2025   12:22 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Socrates Filsuf Yunani Kuno, Sumber: Olahan AI Grok

Di sebuah kafe kecil di Yogyakarta, seorang mahasiswa filsafat bernama Lintang sedang membaca buku tipis tentang Socrates. Matanya berhenti pada satu kalimat yang membuatnya terdiam sejenak, lalu tersenyum simpul. "Menikahlah. Kalau mendapatkan istri yang baik, kamu akan bahagia. Kalau tidak, kamu akan menjadi bijak."

"Lucu juga ya, filsuf besar kok bisa sejenaka ini," gumam Lintang. Di meja sebelah, seorang bapak paruh baya yang rupanya mendengar ikut menyahut, "Nak, itu bukan sekadar lucu. Itu nasihat paling realistis yang pernah ada."

Begitulah Socrates---ia bukan hanya bicara tentang etika atau logika, tapi juga soal hal-hal yang amat manusiawi. Bahkan, pernikahan.

Pernikahan Menurut Socrates: Antara Surga dan Sekolah Kehidupan

Socrates hidup di abad ke-5 SM, jauh sebelum kata relationship goals jadi tren di media sosial. Namun, ucapannya tentang pernikahan terasa abadi. Ia melihat pernikahan sebagai jalan dua arah: bahagia bersama pasangan yang baik atau belajar bijak dari pasangan yang penuh tantangan.

Bahagia atau bijak---dua-duanya adalah keuntungan.

Kutipan ini sebenarnya menyiratkan pandangan filosofis: pernikahan bukan sekadar cinta, tapi ruang belajar tentang kesabaran, pengendalian diri, dan keutuhan jiwa. Socrates seolah ingin menegaskan bahwa setiap pernikahan, baik yang mulus maupun berliku, menyimpan makna berharga.

Relevansi di Era Modern

Jika menengok statistik, angka perceraian di Indonesia pada 2024 mencapai lebih dari 447 ribu kasus (data BPS). Angka ini melonjak dibandingkan satu dekade lalu. Konflik rumah tangga modern---dari masalah finansial, komunikasi, hingga burnout emosional---sering jadi penyebab utama.

Di sinilah ucapan Socrates terasa relevan. Pernikahan, dalam bentuk apa pun, selalu menghadirkan "hadiah": kebahagiaan atau kebijaksanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun