Namun, di balik humornya, pesan Socrates tetap serius: pernikahan bukan sekadar jalan menuju bahagia, melainkan juga jalur cepat menuju kebijaksanaan.
Aristoteles, murid Socrates, pernah berkata bahwa tujuan hidup adalah eudaimonia---kebahagiaan yang lahir dari hidup bermakna. Mungkin Socrates sudah lebih dulu menyiratkan hal ini: bahagia karena cinta, atau bijak karena belajar, keduanya sama-sama bermakna.
Menutup Renungan: Bahagia atau Bijak, Sama-Sama Untung
Lintang menutup bukunya sambil menatap ke luar jendela kafe. Ia bergumam, "Kalau nanti aku menikah, aku tidak takut lagi. Karena bagaimanapun hasilnya, aku tetap dapat hadiah."
Ucapan Socrates tentang pernikahan bukan hanya candaan filosofis, melainkan refleksi kehidupan yang mendalam. Bahagia atau bijak---keduanya adalah anugerah.
Dan mungkin, di sinilah letak keindahan pernikahan: ia adalah sekolah kehidupan, tempat manusia ditempa, tertawa, menangis, lalu akhirnya tumbuh menjadi pribadi yang lebih utuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI