Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Diantara Daun-daun dan Waktu

22 Oktober 2015   22:30 Diperbarui: 22 Oktober 2015   23:05 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="pohon jati yang meranggas"][/caption] Kamu bilang aku daun, juga kamu dan mereka, kita hanyalah para pencuri waktu. Serupa daun pada tumbuhan langka yang sesekali menimbun sesal, lalu menua dan kemudian menggiring bara ke tebing terjal. Belantara pun berubah tonggak batu, kita berjalan dan memutar menuntun pergantian musim, saat itu tinggal beberapa daun menggantung. Bersama embun racun semua bakal tanggal, bahkan tulang dan rambut tak tertinggal

Namun di bukit ini semua daun menjadi telinga, semua biji menjadi mata, hingga tak ada lagi sesuatu bahkan rumput dan ranting yang tak berindera. Tapi kita tetap nekat hendak mencuri waktu, mengejar angin yang mendesis ragu, menggapai sinar rembulan menjelang fajar. Kala itu akar tembusi tanah keras dan cadas, selalu muncul anggota tubuh baru dengan tetesan darah yang membuat batang membesar dan daunan melebar, terus melebar menjadi belukar

Bila tiba kemarau yang membakar, bukan sekedar meranggas,  tanah rekah sangat dalam, lalu kepundan baru mendesak keluar, bersama lahar hitam dan asap padat bergumpal-gumpal. Batang-batang layu tak mampu bertahan. Juga daun-daun berisik dilahap lidah api yang menjulur diulur angin, membentuk unggun. Aku dan kamu tegak terpana, tak tahu harus kemana hendak bersembunyi

Berbilang tahun pohonan menjadi fosil, dan daun-daun menjadi barang antik yang dipajang di museum dan rumah cantik. Tak selembar daun pun tersisa selain kenangan yang mistis tentang daun yang menyerupai telinga. Tak sebutir biji pun tersisa untuk tersemai menjadi awal baru kehadiran belantara waktu.  Daun dan biji telah lama menjadi catatan sejarah purba, sedangkan waktu tak sedetik pun bergeser dari tempatnya.

Bandung, 22 Oktober 2015

 

Sumber gambar : jati

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun