- Setiba di Mekah, mereka diinapkan bukan di hotel dekat Masjidil Haram seperti yang dijanjukan, mereka tinggal di penginapan yang jaraknya jauh dari masjidil haram.
- Tiap kali mereka ke masjidil haram, mereka diantar dengan bis dan harus berjalan kaki selama 30 menitan untuk sampai area masjidil haram.Â
- Makan sehari-hari bukan di buffet, mereka dikirimi nasi bungkus. Sudah masuk paket umroh, tapi bukan menu makanan Indonesia.
- Tiap melakukan perjalanan ziarah dengan bis, mereka harus harus bayar.
- Ketika di Madinah, mereka juga ditempatkan di penginapan. "Kaya apartemen", kata mereka. Bukan hotel. Makan nasi bungkus. Jalan kaki 50 menit dari penginapan ke Masjid Nabawi.
- Mereka kena prank selama 4 hari berturut-turut saat keberangkatan dari Madinah ke Doha. Selama 4 hari mereka selalu bersiap-siap berangkat, ternyata nggak jadi. Hingga pada hari ke-5, mereka diberangkatkan dari Madinah menuju Jakarta, dan harus transit di Doha.
- Ketika saya tanya "gimana setibanya di Jakarta, naik pesawat apa?" Mereka bilang, "belum tahu pak", ujar salah satu dari mereka. Mereka nggak tahu rencana keberangkatan selanjutnya setiba di Jakarta nanti.
- Setiba di Doha, air zam-zam dan air mineral yang dimasukkan bagasi kabin harus disita pihak bandara. Hal ini karena ketidaktahuan mereka tentang aturan bandara. Ditambah lagi dengan tidak adanya informasi dari agen umroh tersebut.Â
- Salah seorang jamaah bercerita, jamaah yang sudah tiba lebih dulu di Jakarta, mereka harus merogoh kocek lagi untuk membayar air zam zam 5 liter yang seharusnya gratis.
Ketika saya tanya, "agen umrohnya apa ya?" Pak Rahmat menjawab "Al Sharif Wisata Indonesia". Kemudian saya cari di Google, memang ada. Alamatnya di Cianjur. Ketika saya konfirmasi balik ke 9 orang tersebut, mereka membenarkan.Â
Sekian kisah nggak mengenakkan diatas semoga tidak terjadi pada calon jamaah umroh lain.