Mohon tunggu...
Sudomo
Sudomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak Lombok Barat

Trainer Literasi Digital | Ketua Komunitas Guru Penggerak Lombok Barat | Duta Teknologi Kemendikbudristek 2023 | Penulis Buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ini Parah! Guru Penggerak "Mabuk" di Sekolah

9 Februari 2023   07:05 Diperbarui: 9 Februari 2023   12:38 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku (Dokumentasi pribadi menggunakan Canva) 

Salah satunya adalah mabuk Learning System Management (LMS). Tidak jarang guru penggerak yang statusnya masih calon mengungkapkan perkataan ini. Betapa tidak. Selama mengikuti pendidikan, guru penggerak belajar mandiri secara daring melalui LMS. 

Mabuk LMS sendiri bisa berkonotasi negatif atau positif. Akan menjadi berkonotasi negatif jika mabuk yang dirasakan adalah pusing memikirkan tugas di LMS. Namun, akan menjadi positif jika mabuk LMS adalah rasa suka saat berhadapan dengan LMS. 

Keduanya adalah pilihan perasaan masing-masing. Satu hal yang pasti keduanya memberikan dampak yang berbeda pada diri guru penggerak. Konotasi negatif akan menghambat kemajuan belajarnya. Sedangkan konotasi positif justru bagus bagi hasil belajarnya. 

Jika ada keharusan memilih, tentu guru penggerak harus memilih yang memberikan makna positif. Namun, tentu hal ini akan melanggar keinginan hati seseorang. Yang bisa dilakukan adalah sekadar memberikan saran, mabuk LMS boleh asal konotasinya positif, yaitu sangat gemar (suka). 

Mengapa guru penggerak harus mabuk LMS?

Seperti kita ketahui LMS adalah jenis pengelolaan konten daring yang dimanfaatkan untuk proses pembelajaran. Contohnya digunakan dalam program Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Melalui LMS ini guru penggerak akan memperoleh berbagi materi pembelajaran. Di PGP sendiri, guru penggerak akan memperoleh materi terkait pemimpin pembelajaran. 

Sebagai hal baru yang tren sejak masa pandemi, LMS tidak serta merta diterima. Membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi. Tahap awal memanfaatkannya tentu membutuhkan fase pengenalan. Awal perkenalan yang baik akan membuat seorang guru penggerak lama kelamaan merasa nyaman. 

Rasa nyaman inilah yang menjadi kunci menuju sangat gemar (suka). Apabila rasa ini terus tumbuh, maka selama jangka waktu enam bulan pendidikan, guru penggerak tidak akan pernah bosan. 

Bahkan setelah selesai pendidikan akan meninggalkan kerinduan yang mendalam. Untuk mengobati kerinduan, guru penggerak pun kembali mencari LMS yang lain. Artinya hal ini akan mampu membuat guru penggerak terus berusaha belajar melalui berbagai pelatihan berbasis LMS. 

Usaha ini tentu akan memberikan dampak signifikan pada pengembangan kompetensi diri guru penggerak. Belajar terus-menerus akan semakin mengukuhkan peran guru penggerak dalam mengembangkan diri dan orang lain. 

Bagaimana dengan guru penggerak yang mabuk LMS di sekolah? 

Rasanya tidak masalah selama tidak mengganggu proses pembelajaran. Sah-sah saja guru penggerak sangat gemar (suka) dengan LMS. Justru akan semakin bagus jika berdampak positif pada murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun