Bahkan, terdapat sebuah pendopo bernama Pendopo Semar, yang kerap dijadikan tempat berkumpul bagi keluarga atau komunitas.
 Bangunan terbuka dengan atap limasan ini berdiri di tengah lanskap yang rindang dan asri, cocok untuk kegiatan seperti gathering, sesi outbound ringan, hingga edukasi lingkungan.
Plunyon tak pernah kehabisan cara untuk memikat pengunjung.
Saat siang, banyak yang menjelajahi sudut-sudut hutan pinus atau mengikuti aliran sungai kecil sambil menikmati kicauan burung.
 Jalan-jalan setapak dan jembatan beton yang berlumut menjadi spot favorit untuk berfoto, terlebih karena suasana Plunyon memang sangat fotogenik.
Saat malam tiba, para camper biasanya menyalakan api unggun kecil di titik yang aman. Suasana menjadi hangat dan akrab, jauh dari kebisingan notifikasi ponsel atau suara kendaraan.Â
Tak hanya itu, langit malam Plunyon kerap menjadi atraksi tersendiri. Minimnya polusi cahaya membuat hamparan bintang terlihat lebih terang dan luas, memberi ruang kontemplatif bagi siapa saja yang menatapnya.
Lebih dari sekadar tempat rekreasi, Plunyon juga dimanfaatkan sebagai ruang edukasi lingkungan.
Beberapa komunitas pencinta alam dan sekolah telah menjadikan lokasi ini sebagai tempat belajar luar ruang, mulai dari pengamatan flora dan fauna, pelatihan survival, hingga kegiatan penghijauan.
Pengelola kawasan bersama pemerintah desa tengah menggagas program ekowisata berbasis konservasi yang diharapkan bisa mendatangkan manfaat ekonomi tanpa merusak kelestarian alam.
Edukasi pengunjung mengenai cara berkemah yang bertanggung jawab pun semakin digencarkan.