Mohon tunggu...
Subagio Waluyo
Subagio Waluyo Mohon Tunggu... Dosen - Taruna

Subagio S Waluyo, Lahir di Jakarta, 5 Maret 1958, sudah berkeluarga (1 istri, 5 anak, dan cucu), Pekerjaan sebagai dosen di FIA Unkris (1988 sampai sekarang), Pendidikan Terakhir S2 Administrasi Publik, Alamat Rumah Jalan wibawa Mukti IV/22, RT003/RW017, Jatiasih, Kota Bekasi 17422

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Fals...

14 Oktober 2019   08:51 Diperbarui: 14 Oktober 2019   12:02 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi

Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri

Oemar Bakri... Bikin otak orang seperti otak Habibie

Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

(Kapanlagi)

Memang betul `kan nasib guru ketika lirik itu ditulis (di masa orde baru) jauh dari sejahtera? Orang semacam Oemar Bakri sebagai guru cuma naik sepeda kumbang yang digambarkan Iwan Fals sepeda butut (jelek). Dia sudah jadi guru empat puluh tahun lamanya mengabdi, tapi apa yang dia peroleh? Dia sudah berhasil mencetak menteri, mencetak orang pintar sekelas Habibie, tapi gajinya selalu dikebiri (dipotong) sehingga yang dia terima jauh dari hidup berkecukupan.

Kalau di bidang tarik suara orang bisa menunjuk Iwan Fals yang lirik lagunya terkenal fals, di bidang sastra seperti puisi bisa kita tunjuk cukup dua penyair, Taufik Ismail dan WS Rendra. 

Taufik Ismail di masa-masa menjelang berakhirnya orde baru  menulis puisinya yang terdapat dalam kumpulan puisinya Malu Aku Jadi Orang Indonesia. Dilihat dari judulnya saja sudah fals. Apa lagi jika kita amati isi kumpulan puisi tersebut, ternyata sarat dengan puisi-puisi yang boleh dikatakan punya pandangan miring terhadap rezim yang berkuasa pada waktu itu (Soeharto). 

WS Rendra dalam kumpulan puisinya: Potret Pembangunan dalam Puisi juga sama. Kalau dilihat dari judulnya tentu saja tidak sesarkasme yang ditulis Taufik Ismail. Tapi, bagaimana dengan isinya? 

Tidak diragukan lagi sarat dengan kritikan yang tentu saja ditujukan pada semua pihak. Ini sebuah bukti bahwa kalangan seniman, entah itu penyanyi atau penyair, dalam menyampaikan karya seninya tidak akan terlepas dari kritik sosial karena ada yang beranggapan karya seni tanpa kritik sosial ibarat `lebah tanpa sengat`. Bukankah semua orang bebas untuk menyampaikan aspirasinya termasuk menyampaikan kritikan di negara ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun