Mohon tunggu...
wacana_rakyat
wacana_rakyat Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia dan Pancasila: Negara yang Bukan-Bukan

31 Juli 2022   10:24 Diperbarui: 31 Juli 2022   10:34 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi/nasional.kompas.com

Tetapi tidak semudah itu, Pancasila dalam mewujudkannya akan mengalami banyak tantangan yang multidimensional baik secara internal maupun eksternal. 

Oleh karena itu, untuk menghadapi tantangan-tantangan yang multidimensional itu, kita perlu menemukan sebuah metode berpikir untuk memahami apa itu Pancasila? mungkin semua orang tahu, tapi Pancasila tidak bisa sekedar tahu secara tekstual, tetapi juga harus sampai pada makna secara kontekstual. Selain itu kebanyakan orang hanya sekedar mengajarkan Pancasila, tetapi tidak pernah mengajarkan bagaimana metode bernegara dengan dasar Pancasila.

Sebagai bangsa Indonesia kita juga perlu memahami bahwa Pancasila itu digali dari kondisi kebudayaan bangsa Indonesia. Kebudayaan ini menjadi kepribadian bangsa Indonesia. Para ulama dan umaro ketika itu menemukanlah kebudayaan bangsa Indonesia ini yang multikultural. Nah metode untuk penggalian Pancasila ini hanya orang bijak yang memiliki keluasan ilmu dan budi luhur. 

Siapa yang memiliki keluasan ilmu dan budi luhur itu ? pada waktu itu hanya ulamalah yang memilikinya, sehingga umaro (pahlawan bangsa) banyak bertanya kepada ulama. Ini juga yang menjadi dasar kuat kenapa ulama dan umaro itu harus bersama-sama, yaitu agar ulama selalu dijadikan guru dan penasehat dalam kehidupan berbangsa dan benegara, bukannya ulama malah ikut-ikutan merampok uang negara, ini yang salah. 

Maka dalam hal ini, ulama juga perlu kita garis bawahi, ualma yang seperti apa dulu?, karena Imam Al-Ghozali dalam kitabnya Ihya Ulumudin, mengatakan bahwa ulama itu dibagi menjadi dua, yaitu ulama akherat dan ulama dunia. Pembagian ini tentu tidak didasarkan pada ilmunya melainkan pada kezuhudan dan akhlaknya, karena banyak ulama yang berilmu tapi hanya sekedar untuk mencari dunia (harta dan jabatan). Ulama yang benar-benar ulama adalah ia yang memiliki keluasan ilmu, dan menghindari dari perkara tujuan duniawi. 

Ulama itug banyak, mereka juga berasal dari berbagai golongan, bukan golongan etnis tetapi golongan aliran pemikiran baik dalam hal akidah, fiqih, maupun asawuf. Perumus Pancasila secara tekstual mungkin dirumuskan oleh Ir. Soekarno tetapi, Soekarno juga tidak lepas dari peranan ide para ulama pada waktu itu. 

Menurut saya ulama yang memahani betul Pancasila adalah ulama Ahlusunnah Waljamaah, karena hanya dengan metode berpikir Aswajalah Pancasila ini bisa digali. Adapun metodenya itu disebut Manhajul Fikr Walharokah (metode berpikir dan bergerak). Metode ini antara lain tawasuth (moderat), tasamuh (toeran), tawazun (berimbang), taadul (adil). Metode ini yang harus kita tanamkan kepada generasi sekarang dan masa yang akan datang. 

Adapun menganai pembahasan Manhajul Fikr Wal Harokah bisa dibaca dalam tulisan saya sebelumnya. Sekian dan terimakasih, semoga bemanfaat... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun