Beberapa prinsip penting Gerakan Satyagraha, yaitu:
Pertama, Perlawanan Tanpa Kekerasan (Ahimsa). Satyagraha menolak penggunaan kekerasan dalam bentuk apapun sebagai cara untuk mencapai tujuan. Ini adalah bentuk perlawanan yang menekankan pada kekuatan cinta, kebenaran, dan keteguhan hati.
Kedua, Keteguhan pada Kebenaran (Satya). Satyagraha didasarkan pada keyakinan bahwa kebenaran pada akhirnya akan menang. Para pelaku Satyagraha harus teguh pada kebenaran dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang benar.
Ketiga, Cinta Kasih (Ahimsa). Meskipun melawan ketidakadilan, para Satyagrahi (pelaku Satyagraha) harus menunjukkan cinta kasih dan belas kasihan, bahkan kepada penindas mereka. Mereka harus berusaha menyentuh hati nurani penindas dan meyakinkan mereka tentang kebenaran tindakan mereka.Â
Keempat, Pembangkangan Sipil. Satyagraha melibatkan tindakan pembangkangan sipil, seperti menolak untuk mematuhi hukum yang tidak adil, tetapi dilakukan secara damai dan tanpa kekerasan.Â
Kelima, Â Penolakan Kerjasama. Satyagraha juga melibatkan penolakan untuk bekerjasama dengan pihak yang menindas, seperti pemogokan kerja atau boikot terhadap produk-produk mereka.
Keenam, Penderitaan Sukarela. Para satyagrahi siap untuk menanggung penderitaan dan konsekuensi dari tindakan mereka, termasuk penangkapan atau hukuman, sebagai bentuk perlawanan tanpa kekerasan.Â
Dengan beberapa prinsip itu, Satyagraha lebih tampak sebagai sebuah filosofi dan praktik perlawanan yang menekankan pada kekuatan kebenaran, cinta kasih, dan keteguhan hati dalam menghadapi ketidakadilan, dengan tujuan untuk mencapai perubahan sosial dan politik tanpa kekerasan.
Tampak bahwa Satyagraha adalah merupakan sebuah alat perjuangan politik yang melibatkan rakyat banyak, namun tetap berpedoman pada pantang kekerasan (ahimsa), karena tujuan yang didambakan ialah tujuan kebenaran. Tujuan Satyagraha menghendaki kesabaran dan kerelaan berkorban luar biasa, dan tidak jarang dalam jangka waktu yang relatif panjang. Mau tidak mau Satyagraha harus dilandasi oleh kegiatan konstruktif demi kemampuan untuk menghidupi diri sendiri. Orang yang lemah hatinya tidak akan mungkin menjadi Satyagrahi (pelaku gerakan Satyagraha).
Satyagraha menuntut adanya kesatuan batin, kebebasan spiritual dan pribadi, sedangkan otonomi serta kemerdekaan nasional hanya merupakan konsekuensinya saja. Tetapi, apabila Satyagraha hanya dipandang sebagai suatu teknik yang berguna untuk mencapai suatu tujuan yang pragmatis, yakni kemerdekaan politik, maka satyagraha akan menjadi tidak bermakna. Hal ini karena akar satyagraha ada di dalam doa, seorang satyagrahi mengandalkan Tuhan untuk perlindungan terhadap kezaliman dunia. Sungguh tidak mungkin akan mencapai tujuan Satyagraha tanpa  adanya keyakinan seperti itu.