Mohon tunggu...
Kapten Jack Sparrow
Kapten Jack Sparrow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Instagram: stvnchaniago, Email: kecengsc@gmail.com, Youtube: FK Anime,

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

"Crab Mentality", Peringatan untuk Orang-orang Individualis

2 Januari 2021   14:15 Diperbarui: 2 Januari 2021   20:26 1628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: www.chronicle.com)

Pernah dengar istilah Crab mentality? Ya, istilah tersebut sepertinya masih cukup asing di telinga orang awam. Saya sendiri baru mendengar kata crab mentality sekitar 2 Minggu yang lalu, saat dosen saya membagikan pelajaran tentang istilah tersebut. Karena penasaran, akhirnya saya mencari informasi yang lebih detail mengenai crab mentality.

Crab mentality sendiri bila diartikan secara harfiah memiliki arti mentalitas kepiting. Melansir Psychology Today, istilah crab mentality ternyata diambil berdasarkan perilaku sekelompok kepiting yang ditempatkan dalam suatu ember yang sama.

Diketahui, apabila ada salah satu kepiting dari kelompok tersebut yang mencoba melarikan diri dari ember, maka kepiting lain akan menariknya kembali ke bawah. Jadi, selamanya tidak akan ada kepiting yang pernah keluar dari ember karena mentalitas yang mereka miliki tersebut.

Istilah mentalitas kepiting menjadi sangat populer belakangan hingga dijadikan sebuah teori, sebab mentalitas itu nyatanya sangat relevan ketika mengacu pada perilaku manusia di zaman sekarang ini.

Ya, crab mentality seakan melambangkan sifat manusia yang kian individualis dan mulai kehilangan simpati serta empati terhadap sesama manusia. Hal itu dibuktikan dari beberapa gejala crab mentality yang condong ke arah individualisme. Adapun gejala crab mentality antara lain:

1. Iri Hati dan Gampang Cemburu
Mari kita merefleksikan diri sejenak, apakah kita termasuk orang-orang yang iri hati dan gampang cemburu akan kesuksesan orang lain? Bila iya, bisa jadi justru kitalah yang merupakan orang-orang dengan crab mentality tersebut.

Ya, perilaku iri hati dan gampang cemburu sejatinya sangat berbahaya bagi manusia. Tidak hanya menghalangi orang lain untuk maju, perilaku tersebut juga menghambat kita pribadi untuk maju. Hal itu karena kita akan menjadi terfokus untuk menjatuhkan kompetitor, ketimbang meningkatkan kualitas diri sendiri.

Orang-orang dengan crab mentality ini sebenarnya ada di mana-mana. Di sekolah misalnya, saking inginnya juara 1, ada murid yang tega menyabotase PR murid lain agar nilai saingannya jatuh. 

Saking relevannya, adegan sabotase PR murid lain ini seringkali dijadikan cerita dalam film, baik film Indonesia, Barat, Korea, Jepang, dan banyak negara lainnya yang menggunakan plot serupa.

2. Kecenderungan Menyalahkan Orang Lain
Bak efek domino, sikap iri hati dan cemburu yang dimiliki orang-orang dengan crab mentality, membuat mereka cenderung menyalahkan orang lain atas suatu kegagalan. Padahal, tak jarang kegagalan tersebut adalah kesalahan bersama.

Kecenderungan orang dengan crab mentality "melemparkan" kesalahan pada orang lain tujuannya adalah agar mereka dapat terhindar dari tanggung jawab serta mencari pembenaran terhadap diri sendiri.

Contoh nyata dari gejala ini adalah ketika ada salah satu kolega dari tante saya yang didiagnosa positif Covid-19, namun enggan melakukan karantina mandiri dan malah bepergian seperti biasa layaknya tak terinfeksi virus.

Ketika ditanya alasannya melakukan hal demikian, jawaban dari orang tersebut sungguh membuat darah saya mendidih. Beliau mengatakan "Orang bukan saya yang menyebabkan virus, kenapa harus saya yang menanggung akibatnya (karantina mandiri). Salahin orang lain lah", tutupnya.

Karena banyaknya orang dengan mentalitas crab mentality seperti ini, saya jadi sadar mengapa penyebaran Covid-19 di Indonesia tak kunjung usai.

3. Melihat Teman/Partner Sebagai Kompetitor
Apakah teman-teman Kompasianer punya orang yang dianggap sahabat namun pada praktiknya tak pernah begitu membawa pengaruh positif bagi kehidupan kita? Hati-hati, bisa jadi kalian bersahabat dengan orang-orang yang memiliki crab mentality.

Sahabat seperti ini, tak ubahnya serigala berbulu domba, dan dapat ditemukan di komunitas apa saja. Sahabat sekolah, teman bisnis, hingga keluarga pun dapat menjadi penghambat kita untuk maju apabila mereka mempunyai mentalitas kepiting.

Dalam dunia sepak bola misalnya, ada Arjen Robben yang terkenal dengan keegoisannya. Robben dengan skill yang memadai serta tendangan yang keras, gagal memanfaatkan keunggulannya demi keuntungan tim. Ia lebih senang melakukan tembakan langsung dan mencetak gol atas namanya sendiri ketimbang mengoper.

Cara bermain Robben yang individualis tersebut sempat membuat jengkel striker mereka, Robert Lewandowski. Karena tak jarang, kesempatan Lewy mencetak gol malah kandas akibat Robben tidak mengumpan dan malah memaksa melakukan shot yang off-target.

Lalu, bagaimana cara mengatasi crab mentality?

1. Mengubah Iri Menjadi Motivasi
Rasa iri hati dan cemburu akan kesuksesan orang lain, sejatinya dapat berbuah positif bila dimaknai dengan positif juga. Ketimbang melakukan hal kotor guna menjegal kompetitor, jadikan kesuksesan orang lain sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas diri.

Dengan melakukan hal tersebut, harapannya di masa depan kita dapat tertular menjadi orang yang sukses pula. Mulai tanamkan prinsip "Jika dia bisa, kenapa saya tidak" pada diri kita, niscaya kita akan selalu termotivasi untuk menjadi lebih baik dan terhindar dari perasaan iri yang negatif.

2. Belajar Bertanggung Jawab
Tanggung jawab, sikap yang sudah diajarkan semenjak kita masih duduk di bangku sekolah dasar, namun nyatanya sangat sulit diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dan tidak bisa dipungkiri, keengganan bertanggung jawab juga adalah salah satu sifat yang mempelopori lahirnya teori crab mentality ini.

Untuk mengatasinya, tak ada cara lain selain menghilangkan ego dalam diri kita dan mulai belajar bertanggung jawab dalam apa pun yang menjadi kewajiban kita. 

Toh nyatanya tanggung jawab tak melulu soal pekerjaan. Ada tanggung jawab untuk pasangan, keluarga, hingga diri sendiri. Maka dari itu, penting untuk mengimplementasikannya sedini mungkin dalam hidup kita.

3. Anggap Teman Sebagaimana Layaknya Teman
Cara terakhir agar tidak terhindar dari crab mentality adalah menganggap teman/sahabat sebagaimana layaknya. Jangan malah dijadikan saingan atau kompetitor, dengan begitu rasa iri hati dan cemburu tidak akan muncul. Malah, rasa bahagia lah yang akan timbul ketika sahabat kita sukses.

Toh, tidak ada ruginya bila ikut berbahagia kalau ada teman yang sukses. Siapa tau, malah nanti kita juga ikut kecipratan suksesnya, seperti sering ditraktir saat makan atau nongkrong bersama.

Jadi alih-alih memiliki crab mentality, yang menjatuhkan teman yang ingin sukses, gantilah mentalitas tersebut dengan ant mentality alias mentalitas semut. Di mana ant mentality tersebut melambangkan sikap gotong royong dan kerja sama.

***
Itulah penjelasan singkat mengenai crab mentality dan gejala serta cara mengatasinya. Semoga kita terhindar dari crab mentality dan semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun