Mohon tunggu...
Ahmad afif
Ahmad afif Mohon Tunggu... Dosen - Afif

fleksibel adalah kunci kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Daring Menurut Asasi Thalabul 'Ilmi

7 Maret 2021   11:41 Diperbarui: 7 Maret 2021   11:51 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

AHMAD AFIF

Pandemi covid-19 ini telah membuat pola hidup manusia telah berubah yang semula lebih condong kepada pola konvensional atau off line, namun setelah pandemi ini datang, maka sudah barang tentu kita dapat pastikan pola ini mengalami shifting (perpindahan) dari off line ke on line. Maka, untuk memuat segala kebutuhan on line otomatis kebutuhan insfrastruktur juga akan ikut beradaptasi pada kebiasaan on line. Tidak terkecuali kepada instansi pendidikan yang notabene terkena imbas dari adanya pandemi.

Kebiasaan baru yang istilahnya new normal membentuk beberapa metode pembelajaran berbasis on line diantaranya: berbasis kompetensi, hybrid, berbasis tur dan video. Kompetensi dengan penugasan sifatnya karya dalam membuat konten, karya tulis dan sebagainya yang mana pada ending-nya pencapaian kompetensi yang dikenal dengan istilah 4C yaitu:critical thingking, creativity thingking, collaboration and communication. 

Sedangkan hybrid merupakan metode campuran antara tatap muka dan jaringan, para pendidik dan peserta didik dituntut untuk dapat mempelajari materi dengan segala proses pembelajaran pada jenjang serta ketercapaian materinya masing-masing. Terakhir adalah tur dan video,  keduanya mempunyai corak sama dalam proses namun berbeda pada output. Untuk tur menjelajah bukan hanya  pada basis virtual namun juga melakukan tur pada google yang mana telah difasilitasi oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan.

Oleh sebab itu, kita tidak boleh hanya terpaku pada metode on line tersebut namun tidak mengindahkan unsur-unsur secara asasi ada pada proses mencari ilmu.

Keajaiban tentang keutamaan ilmu sudah sangat banyak disebutkan oleh Allah SWT dalam al quran bahkan juga hadits nabi Muhammad SAW banyak juga menyinggung tentang ilmu. Allah menarasikanya dalam untaian kalam pada surat Al Imron ayat 18 yang berbunyi:

"Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha perkasa, Maha bijaksana".

Dalam redaksi tersebut terdapat orang yang berilmu menegakan keadilan, maksudnya adalah orang berilmu mempunyai derajat yang tinggi sampai Allah SWT menyebutkan dengan redaksi ke esa-an Nya. Hal tersebut sesuai dengan Tafsir Wajiz karangan Syeikh Wahbah Az Zuhaili tentang kesaksian Ke-esa-an Allah SWT oleh para malaikat dan orang berilmu, derajat orang alim (berilmu) yang dapat menembus cakrawala akan kebesaran ilahi rabbi. Alur pemahaman dapat juga disandarkan pada pintu masuk seseorang hamba apabila ingin mengenal tuhanya maka harus dengan ilmu. Demikian pula pada surat az zumar ayat 9 bahwa:

"(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran".

Tidak sampai di situ Allah SWT mengejawantahkan keutamaan seorang ahli ilmu dengan narasi dan sudut pandang sosial kemasyarakatan. Perbedaan antara hamba-hamba Allah SWT dapat dikategorikan kepada orang yang tahu dan tidak. Karena yang tahu akan dapat menangkap segala permasalahan serta ruang lingkupnya dengan jelas.

Syekh Muhammad Jamaluddin Al Qasimi Al Dimasyqi dalam Kitab Mawizhah Al Muminin Min Ihya' Ulumiddin menerangkan bahwa ilmu sangat banyak keutamaanya. Dijelaskan juga bahwa dalam maqolah Sayyidina Ali Bin Abi Thalib Karomallohu Wajhah dinyatakan bahwa sesuatu yang sempurna itu adalah ilmu, karena ilmu lebih baik daripada harta, ilmu itu menjaga kita sedangkan harta kitalah yang menjaganya, ilmu adalah hakim (yang menentukan) sedangkan harta yang dihukumi, harta itu dapat berkurang apabila dikeluarkan sedangkan ilmu yang akan tetap bertambah serta berkembang apabila dikeluarkan.

Jadi, sudahlah jelas bahwa ilmu itu sangatlah utama apabila disandingkan dengan beberapa paradigma serta sudut pandang yang lain. Namun yang perlu kita garis bawahi disini adalah bagaimana kita dapat mendapatkan fadhilah (keutamaan) ilmu dengan metode daring seperti sekarang ini.

Setidaknya kita dapat menggaris bawahi dalam persoalan daring itu lebih mempunyai sisi negatif dalam berinterkasi yakni dari dua sudut pandang sosial serta adab.

Sosial merupakan sebuah ekosistem kita sebagai makhluk hidup secara asasi tetap akan berinteraksi antar sesama makhluk baik itu manusia dan non-manusia. Namun, pada konteks metode belajar daring identik pada pola sosial kemasyarakatan. Metode ini sangat sulit dapat mewujudkan pola sosial yang heterogen. Adanya adalah eksklusifitas yang terkungkung pada pola belajar daring melalui jaringan internet, para peserta didik lebih menjelajah dunia maya yang sifatnya semu, hal tersebut dikarenakan segala bentuk interkasi sosial hanya sebatas alat pengantar dua dimensi nyata dan maya. 

Sedangkan real kehidupan ada pada sosial kemasyarakatan bukan sosial bermedia. Tentu saja hal ini sangat mengganggu perkembangan peserta didik masa kini yang hanya mengandalkan kolaborasi media yang dipaksakan ke mereka untuk dijalankan sebagai ekosistem bukan alat dalam berproses. Sebut saja bahwa kungkungan metode daring memaksa perkembangan peserta didik menjadi bias dalam konteks sosial. 

Dimana mereka harusnya berinteraksi secara nyata kepada para dewan pendidik, teman serta masyarakat yang nantinya akan menjadi pelabuhan terakhir mereka dalam menjalani segala macam teori yang didapatkanya melalui bangku sekolah atau pembelajaran, namun dapat dipupuskan semuanya itu hanya dengan metode daring ini, istilah dalam kita disebut the end. Akhir dari segala bentuk proses berinterkasi antar sesama. Tidak terkecuali pada interaksi antar civitas akademika yakni dewan pendidik dan peserta didik.

Adab, merupakan salah satu hal rentan hilang dalam metode pembelajaran daring. Simak saja para peserta didik sering hilang serta tidak memperhatikan ketika proses pembelajaran berlangsung, hal tersebut ada karena sifat dari pembelajaran ini hanya mengedepankan konteks pembelajaran yang bersifat zonasi. 

Zona daring hanya melalui jaringan internet dengan berbagai macam platform namun real-nya para peserta pembelajaran berada di tempat masing-masing sehingga menimbulkan miss connection yang tidak bisa ter-integrasi dengan layak dalam satu wadah atau tempat. Problematika tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri disamping pihak proses pembelajaran harus tetap berjalan namun kesan adab juga perlu terus dieprtahankan pada edisi covid-19 ini.

Solusinya, problem sosial dan adab harus di-kedepankan oleh para civitas akademika dengan segala cara, boleh melalui sistemik maupun tidak. Tersistem melalui peraturan yang telah ditulis pada tata tertib lembaga maupun non-sistemik antar guru dan siswa membuat kontrak belajar secara terstruktur dalam model daring agar marwah dari mencari ilmu serta mendapatkan keutamaanya tersebut tetap dapat diraih dengan baik.

Referensi:

Syekh Muhammad Jamaluddin Al Qasimi Al Dimasyqi dalam Kitab Mawizhah Al Muminin Min Ihya' Ulumiddin , hal 10-17.

Tafsir Wajiz karangan Syeikh Wahbah Az Zuhaili .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun