Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peleburan yang Mulus

1 September 2018   23:09 Diperbarui: 1 September 2018   23:43 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hikmat dan kedaulatan-Nya, Allah telah menetapkan dan mengatur bahwa perubahan dan pertumbuhan rohani merupakan sebuah proyek komunitas. Orang-orang Kristen tidak dapat bertumbuh dengan efektif dalam kesendirian. Mereka perlu saling mengalami satu dengan yang lain.

Ketiga, keanggotaan gereja yang administratif dan kultural. Di banyak gereja keanggotaan lebih dipahami secara administratif (sebatas dokumen) dan kultural (sebatas tradisi dan status sosial). Ini berseberangan dengan situasi gereja mula-mula. Keanggotaan mereka dibuktikan dengan komitmen dan disiplin diri untuk bersekutu di waktu-waktu tertentu dan saling berbagi apa yang mereka miliki (Kis. 2:41-47; 4:32-37). Persekutuan mereka bersifat praktis (persekutuan, doa, makan bersama, berbagi harta), tetapi juga teologis (pengajaran para rasul).

Proses peleburan

Banyak alasan mengapa seseorang mengikatkan diri dengan suatu gereja lokal tertentu. Yang paling tepat dan sehat adalah yang diperoleh dari hasil peleburan. Langkah-langkah apa saja yang dibutuhkan dalam proses peleburan?

Penyambutan yang memberi kesan perhatian dan penerimaan

Berbagai riset di lapangan mengungkapkan bahwa kesan pertama terhadap penyambutan di suatu gereja sangat memengaruhi keputusan mereka untuk bergabung dengan gereja tersebut atau tidak. Sepuluh menit pertama di kunjungan pertama sejak menginjakkan kaki di area gereja ternyata sangat berpengaruh bagi keputusan para pengunjung.

Gereja tidak boleh memosisikan pengunjung sebagai orang asing (1Kor. 14:11, 23) atau orang yang tidak dihargai (Yak. 2:2-3). Kesan tidak ramah bisa tertangkap melalui banyak cara, misalnya penyambutan jemaat yang keliru, petunjuk ruangan yang tidak jelas, keterbatasan tempat untuk berbagai kebutuhan jemaat (ibu yang menyusui, penyandang disabilitas, dsb), tempat yang kurang bersih dan kurang teratur, ibadah yang terlalu kaku dan formal, dan relasi antar jemaat yang dingin atau eksklusif.

Pengumpulan informasi yang memadai

Pengumpulan informasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, baik secara lisan (melalui perbincangan) maupun tertulis (melalui pengisian lembaran tertentu). Untuk tahap awal, informasi yang dikumpulkan sebaiknya tidak terlalu banyak dan jangan berkaitan dengan hal-hal yang sensitif maupun pribadi bagi orang lain.

Ketersediaan informasi berguna dalam banyak hal. Misalnya, memberikan sapaan hangat sambil menyebutkan nama atau mengembangkan topik pembicaraan yang relevan, sesuai dengan keadaan orang tersebut.

Tindakan lanjut yang cepat dan tepat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun