Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peleburan yang Mulus

1 September 2018   23:09 Diperbarui: 1 September 2018   23:43 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Strategis

Banyak gereja sangat bergairah dalam menjangkau dan melibatkan orang-orang baru. Sayangnya, semua ini dilakukan tanpa pertimbangan dan persiapan yang matang. Banyak jenjang dalam proses peleburan dilompati begitu saja, sehingga orang-orang baru tersebut menjadi aktivis yang kurang berakar ke dalam gereja lokal. Proses peleburan perlu dilakukan secara komprehensif (mempertimbangkan semua aspek yang terkait), progresif (melibatkan tahapan yang bertingkat), dan efektif (menggunakan cara-cara tertentu yang tepat). Peleburan bukan proses yang asal berjalan.

Menjadi anggota yang melayani dengan benar

Ini adalah tujuan yang ingin diraih dalam proses peleburan. Sebagai sebuah persekutuan (bukan hanya perkumpulan), gereja tidak hanya menyediakan tempat, acara, dan program sebagai ajang berkumpul. Semua itu hanyalah sarana untuk meraih tujuan yang lebih besar: keterlibatan jemaat dalam pelayanan. Pelayanan ini ditandai dengan tiga hal: keaktifan (melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan berjemaat), kesesuaian (melayani sesuai karunia dan panggilan Allah), dan komitmen (loyalitas terhadap visi gereja).

Satu hal yang tidak boleh dilupakan: peleburan tidak terbatas pada program. Ini bukan tentang sebuah aktivitas. Peleburan mencakup keseluruhan aspek gereja, baik itu visi, nilai-nilai, kultur, maupun berbagai aktivitas gerejawi (ibadah, program, pelayanan, dsb). Ibarat gerbong kereta api, setiap bagian harus selaras, terkait, dan menuju titik yang sama: setiap jemaat berakar kuat dan bertumbuh subur dalam sebuah gereja lokal. Inilah yang membedakan antara gereja yang terjebak pada program dengan gereja yang menggerakkan jemaat.

Pondasi Alkitabiah

Peleburan tidak terpisahkan dari keanggotaan. Namun, hal ini bukan sekadar keanggotaan yang biasa. Keanggotaan di sini adalah persekutuan yang diwarnai dengan keterlibatan yang berkomitmen antar sesama anggota. Keanggotaan seperti inilah yang diajarkan oleh Alkitab.

Pola kepemimpinan gereja dalam Alkitab menyiratkan sebuah komunitas yang terbatas

Para penatua dipilih untuk kebutuhan khusus di suatu jemaat (Kis. 14:23) atau kota (Tit. 1:5). Pengertian "kota" di sini pun jauh lebih kecil daripada kota-kota sekarang. Satu kepemimpinan kolektif dalam kepenatuaan masih memadai untuk menilik semua orang Kristen di satu kota.

Beberapa teks bahkan secara eksplisit memberi petunjuk bahwa para penatua diberi tugas penggembalaan yang terbatas. Ada komunitas tertentu yang di atasnya mereka harus mengawasi. Masing-masing dipercayakan kawanan domba tertentu (Kis. 20:28, lit. "seluruh kawanan, yang di dalamnya Roh Kudus sudah menjadikan kalian sebagai penilik jemaat"; 1Pet. 5:3 "mereka yang dipercayakan kepadamu").

Pola disiplin gereja di dalam Alkitab menyiratkan sebuah komunitas yang terbatas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun