Mohon tunggu...
Stefi Rengkuan
Stefi Rengkuan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Misteri kehidupan itu karena kekayaannya yang beragam tak berkesudahan

Lahir di Tataaran, desa di dekat Danau Tondano, Minahasa. Pernah jadi guru bantu di SD, lalu lanjut studi di STFSP, lalu bekerja di "Belakang Tanah" PP Aru, lalu di Palu, dan terakhir di Jakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pro Kontra Konser Natal di Masa Adven

14 Desember 2019   04:59 Diperbarui: 14 Desember 2019   14:13 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.insstoreweb.com

Tahun ini, Masa Adven atau masa persiapan jelang hari raya Natal, pra Natal, menurut kalender liturgi Gereja Universal dimulai hari Minggu, 1 Desember 2019. 

Besok pada Hari Minggu 15 Desember 2019, kalender liturgi Gereja Kristen, pada khususnya dalam Gereja Katolik Roma dan rupanya makin menjadi praktik umum di beberapa denominasi Gereja Protestan mainstream konvensional (sebagaimana sejak awal memang sama dengan Gereja Roma Katolik) sudah memasuki Masa Adven ketiga, lalu pada pekan keempat pada hari Minggu 22 Desember 2019, dan 24 (malam/vigili Natal) dan 25 (Natal siang) Desember adalah Perayaan Natal dengan liturgi khas sendiri, sampai hari Minggu, dan diperpanjang dalam Oktaf Natal, yakni sampai 6 Januari 2020, disebut Epifani atau Hari Penampakan Tuhan bagi Tiga Majus dari Timur. 

Kenyataannya, entah karena alasan apa dan kapan, tradisi populer berkembang di masyarakat Barat khususnya, sampai ke Indonesia juga, mulailah perayaan Natal yang dipercepat dan diperpanjang, sejak tanggal 1 Desember sampai 31 Januari bahkan sampai Februari di daerah tertentu, misalnya yang sangat fenomenal ada di Minahasa, tanah masyarakat yang suka bergembira dan suasana fiesta. 

Pro kontra perayaan liturgi Natal, bahkan sekedar sebuah konser musik yang berisi lagu-lagu Natal, di masa liturgi Adven, khususnya bagi umat Katolik, yang memang diadakan untuk lebih siap dan secara lebih intens merayakan (-misteri Firman menjadi manusia-) Natal dengan tema-tema khususnya. 

Padahal arti Adven itu sendiri adalah 'kedatangan' dari kata adventus. Renungan tentang kedatangan Yesus dalam Kelahiran dan kedatangan kedua kali Yesus sang Mesias pada Pengadilan Umum di akhir jaman). Si(apa) yang dinantikan dan dirindukan dalam masa persiapan itu? Apakah "hanya" ulangtahun kelahiran Yesus yang kesekian (ke- 2019 sesuai kalender paus Gregorius) atau Yesus sendiri yang akan datang kedua kalinya itu, yang digambarkan akan datang dengan tanda2 kiamat yang digambarkan dengan tanda-tanda mengerikan itu? 

Cerita kesaksian nyata berikut yang sudah dipublikasikan 8 tahun lalu, kiranya masih tetap aktual. Ini hendak memperlihatkan bagaimana tradisi 'masa persiapan' itu masih demikian kuat dialami oleh umat Katolik pada khususnya, dan mengapa ada pro kontra merayakan sekedar nuansa dan asesori Natal sekalipun dalam Masa Adven itu. 

"Lho kok Keuskupan Jakarta ini dan dan Keuskupan Bandung itu sudah semakin keProtestanan dalam masa Adven?" Demikian kritikan yang bisa kita lihat di medsos akhir2 ini, karena beberapa fenomena marak lembaga berlabel Katolik menyelenggarakan kegiatan yang dinilai sebagai tidak sesuai dengan tradisi klasik Gereja Katolik (Latin: catholicus= umum). 

Bahkan ada komunitas profesional dan usahawan Katolik yang sudah mengadakan kegiatan konser ini sebagai kegiatan utama dan terlama sejak 29 tahun lalu berdiri. Tujuannya demi membantu sesama secara konkret melalui fundraising dalam konser tersebut. 

Apa mengapa, dan bagaimana sebuah konser bertema Natal di masa Adven itu bisa dijelaskan, kalau ada kebijakan yang membolehkan atau tidak oleh otoritas Gereja Lokal di wilayah pelayanan gerejaninya? 

Tentu pimpinan Gereja Lokal Keuskupan punya aturan normatif yang sama dengan prinsip yang berlaku di seluruh Gereja Katolik sejagad, dengan tetap terbuka misalnya memberi dispensasi dan kebijakan atau ijin per kasus. 

Semoga pro kontra ini justru semakin membuat semua pihak makin rendah hati dan terbuka serta makin memahami dan menghayati arti dan makna dari perayaan-perayaan hari-hari raya, pesta, peringatan wajib dan pilihan sepanjang tahun kalender liturgi, dan terutama inti misteri iman yang diimani, diwartakan dan dirayakan dalam liturgi, serta dihidupi dalam keseharian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun