Salam bahagia sahabat kompasioner, salam kesejahteraan dan ribuan limpahan nikmat yang diberi sang pencipta kepada mahluknya. Kali ini penulis ingin menceritakan kisah seorang lingga.
Masa kecil adalah masa  indah , yang tidak akan terlupakan sepanjang masa untuk dikenang. Nah sahabat pembaca keseruan lingga membuatnya  terlarut dalam bahagia, hari hari penuh tawa dan tidak ada beban dipundaknya, gadis kecil yang berbakat itu julukannya,prestasi akademik, dan non akademik selalu menemani dirinya, memang semua berasa baik baik saja.
Hidup ditengah keluarga biasa tidak membuatnya malu menjalani hidup. Pernah suatu masa, lingga melakukan kegiatan tataboga bersama rekan -rekannya , sang guru memberi tugas  praktek diluar sekolah.
Kedisiplinan waktu memang selalu diterapkan keluarganya, lingga dengan penuh cemas meminta diantar untuk pulang, berharap tidak ada masalah, untuk dijelaskan.
Sesampai dipintu, semua sahabatnya berlari tidak karuan, mendengar Prok Prok prok mereka semua berlarian,sampai akhirnya lingga kehilangan sahabatnya, dan dijauhkan. Luka dikaki lingga sangat melukai perasaannya, sapu menjadi alat pemukul yang menyisakan luka dalam batin.
Saat itupun lingga sakit, sakitan. Dalam sebulan sakitnya selalu datang, entah akibat apa gerangan, bahkan jinggapun jarang melihat dunia luar,hanya bersekolah dan pulang.
Terkapar dipembaringan, bangunpun hanya saat makan dan berangkat sekolah, bertahun tahun hari seperti itu jingga jalankan, penyakit bermacam-macampun datang.
Lingga tidak mengeluh apapun, dia cerdas ,bintang kelas dan bakat lainnya tetap menemani, walau jingga tahu tidak ada sahabat bersamanya.
Tiba disuatu masa lingga memiliki sifat takut melihat wajah orang disekelilingnya, bahkan saat berjalan bersama sahabatnya,dia menutup diri dan selalu jalan dibelakang sesekali melirik dan menunduk lagi.
Dengan memegang baju sahabatnya berjalan mengutit dibelakang, sontak sahabatnya tidak nyaman diperlakukan begitu dengan omelan kecil, membuat lingga malu tak karuan.Â