Mohon tunggu...
Sri Wahyu Ramadhani
Sri Wahyu Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menikmati waktu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kata Orang, Ini tentang Cinta Pertama Anak Perempuan

9 Maret 2022   22:02 Diperbarui: 9 Maret 2022   22:05 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Cukup sulit untuk membuatnya percaya, karena biaya yang harus ia dapatkan untuk memastikan aku akan terus belajar dan tetap tercukupi hidupku di sana. Hingga akhirnya bapak juga mengizinkanku bersekolah di sekolah yang ku pilih.

Selama mengurus dan memindahkan barang-barangku ke Malang, hanya ibu dan sesekali peran bapak diambil alih oleh ibu atau kakak. Saat itu, aku hanya berpikir bahwa bapak memang harus bekerja. Saat itu pula, aku menuliskan sebuah puisi untuk bapak yang selalu dibanggakan oleh ibu.

Tiap kali bapak menelepon, aku selalu menolaknya, mungkin karena hatiku tak lagi utuh sejak aku mendengar cerita ibu. 'Bapak sedang melunasi hutang temannya yang cukup besar, jadi hanya ibu yang bisa memberimu uang. Dihemat ya,' ucap ibu sambil tersenyum tipis padaku. Aku tau ibu menyimpan luka dan kesedihannya di balik senyum itu, dan mungkin bapak juga menyimpan luka hingga bapak tidak pernah bercerita tentang hal itu.

Aku terus bertumbuh sebagai seorang anak perempuan yang cukup pendiam dan menyimpan semua cerita (dan sedikit luka) di dalam diriku. Setiap teman-temanku bertanya tentang bapak dan apa yang bapak kerjakan, aku hanya menjawab sekadarnya. Aku akui hingga saat ini pun aku menyimpan sedikit 'dendam' pada bapak karena sudah membuat hati ibu terluka dan alasan di balik sifat marahnya tiap aku berbuat salah. Namun, aku tau bahwa bapak juga menyimpan banyak luka hingga bapak terus menerus tersenyum tiap mengunjungiku.

Bapak perlu tau seberapa banyak luka yang ia simpan sendirian, dan seberapa banyak luka yang ibu dan anak-anaknya ini simpan agar tak saling melukai. Bapak juga perlu tau bahwa tak selamanya bersikap baik kepada tiap orang dianggap teman itu baik. Dan aku sadar akan sifat 'terlalu baik' ku ini berasal dari mana. Sampai ibu bilang padaku, 'sifatmu mirip bapak, nduk. Tapi jangan sampai tumbuh dengan sifat 'terlalu baik' mu itu dan bernasib seperti bapak.' Aku hanya bisa tersenyum saat mendengar ucapan ibu.

Bapak perlu tau satu hal penting yang bisa membuatku melunturkan 'dendam' ku padanya (selain karena ibu). Ada 3 perempuan yang mendapat minim perhatian dari sosok ayah. Ketiganya adalah idolaku. Yang pertama adalah seorang idol K-pop yang sudah ditinggal oleh ayahnya dari kecil dan tumbuh hanya bersama ibu dan seekor kucing peliharaannya. Yang kulihat, ia tak pernah menunjukkan luka akibat itu kepada penggemarnya. Dan 2 orang lainnya ada idol ibu kota Jakarta. 

Salah satu dari mereka pernah bercerita tentang bagaimana ia tumbuh hanya dengan sedikit perhatian ayahnya. Hampir sama sepertiku. Hanya saja, ia berhasil menutupi luka-luka dari ayahnya dengan banyaknya kegiatan yang ia lakukan di luar rumah, sedang aku hanya bisa menyimpan dan terkadang membuat sedikit frasa tentang lukaku.

Izinkan aku menuliskan beberapa hal yang selalu ku simpan tanpa ku katakan pada bapak.

Pak, anak-anakmu kini bertumbuh dewasa dan kejar-kejaran dengan sisa usiamu yang tak pernah kita tau. Terlebih, si sulung dan si bungsumu yang tak terlalu dekat denganmu. Si sulungmu yang selalu kau beri tanggung jawab menjadi sosok contoh, kini telah bekerja dengan baik. Dan si bungsumu ini telah tumbuh menjadi seorang perempuan yang pemendam dan pendiam. 

Ia telah berusaha keras agar tak lagi ada dendam untukmu. Pak, maaf saat itu aku menjadi sangat pendendam padamu. Pak, maaf saat itu aku terlalu egois bahkan sampai saat ini. Pak, aku ingin kau menikmati masa tuamu bersama ibu, tanpa melakukan pekerjaan apapun yang memberatkan. Pak, berilah sedikit rasa percayamu pada anak-anakmu kini.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun