Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Pahlawanku Lepas dari Dekapan

9 November 2021   13:56 Diperbarui: 9 November 2021   14:06 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Rumah Pena Inspiratif Sahabat. Foto 

"Teh, jangan mudik, percuma juga, jauh-jauh, tetap tidak bisa menunggu Mimi di rumah sakit, percayakan kepada perawat saja, setiap hari biar aku ke rumah sakit yang memantau perkembangan Mimi," ujar adikku.

Namun, aku tak peduli. Segera aku tes antigen dan beli tiket kereta menuju Cirebon.

Kereta malam 

Kereta itu kosong, tidak banyak penumpang, terasa sempit bagiku. Tak ada teman untuk berbagi cerita, karena aku pulang sendiri, suami menjaga anak-anak di rumah. Dia berjanji akan segera menyusul bersama anak-anak.

Tepat pukul 02.09 WIB, aku turun dari kereta dan adik laki-laki sudah berada di stasiun Kejaksan. Tiga puluh menit perjalanan menuju rumah Mimi, tak ada yang bicara. Kami hanyut dalam lamunan masing-masing.

Pagi hari, aku datang ke rumah sakit bersama adik-adik, sepanjang kaki melangkah terasa goyah. Melewati setiap lorong rumah sakit terasa menakutkan, entahlah, tiba-tiba perasaan itu muncul.

Melalui layar monitor aku menyaksikan Mimi terbaring lemas, setelah meminta izin petugas untuk berbicara melalui video call, handphone itu sengaja dibawa Mimi.

Mimi mengusap layar handphone, kami bergantian memberi semangat dan doa, Mimi hanya mengusap air mata, sesekali tangannya melambai.

"Aku ada di sini setiap hari, sabar ya Mi, semangat, besok kita berkumpul lagi, Insya Allah sembuh." Mimi hanya menganggukkan kepala, Adik-adik menangis. Aku tak tahan melihat itu,

Aku berusaha melakukan negosiasi untuk bisa menemani Mimi di dalam, tetapi, tidak dikabulkan. Semakin sedih, saat seorang ibu sakit, anaknya hanya bisa menonton di balik monitor.

Lima hari ada di ruang perawatan, Mimi dilarikan ke ruang ICU karena semakin sesak. Dokter pun mulai memberi perintah untuk mencari plasma konvalesen ke PMI. Kami, teman-teman semua mencari donor plasma. Hari ke enam di ruang ICU donor pertama baru aku dapatkan.

Selama sepuluh hari dari pagi hingga waktunya buka puasa aku berada di ruang tunggu ICU. Pagi, siang sore, aku menengok Mimi di balik monitor, terkadang memandang dari balik kaca bening dan tebal. Tepat berada di samping badan Mimi.

Empat belas hari kemudian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun