Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Narasi Sri Patmi: Dansa Nadi Sebotol Bir

9 Mei 2021   23:10 Diperbarui: 9 Mei 2021   23:07 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kali ada yang bertanya tolong jawab dengan kata "MENGAPA" 

Terkadang siang tidak pernah memberikan jawaban atas setiap tanya 

Begitu juga dengan malam, ia hanya bungkam dininabobokan untuk lelap dalam buaian para pujangga 

Sedari dulu aku sudah bercerita tentang banyak romansa kota yang tak berkata 

Romansa ini terus dibawa hingga pagi dengan nyanyian, gerakan dansa, dan sebotol bir yang habis terus ditenggak 

Setiap kali habis, diganti lagi dengan yang berisi 

Kasihan matanya sudah sayu dan pandangannya masih merayu 

Melihat setiap tetes bir membasahi tenggorokan 

Setelah basahnya hilang berganti menjadi kering 

Suaranya sudah mulai serak karena malam sudah tidur 

Siang tak lagi menjawab dengan mengapa 

Sampai disini, ia berjalan dengan gontai 

Tangannya melambai-lambai 

Berjalan menyusuri kota yang katanya tempat orang pandai 

Isi botol sudah habis, ia bingung dimana harus mengisinya 

Sementara sudut kota sudah tak lagi bersahabat 

Sementara setiap pergerakan semakin melambat 

Setiap nadinya kini sudah berganti dengan jarum yang menyumbat 

Ia tersadar untuk menyambungkan nadinya yang akan putus ditarik oleh Siang yang bisu dan malam yang bungkam 

Ia sayat nadi disambungkan dengan nadi manusia yang tak sadar diri 

Menggantungkan tangan kanannya pada tangan yang lainnya di pusat kota 

Bahan tontonan para manusia yang butuh lelucon dan canda tawa belaka 

Tapi mau bagaimana lagi? Pada nadi-nadi mereka, ia akan terus bergantung untuk tegukan-tegukan botol bir demi tenggorokannya agar basah.

Kutitipkan pecahan-pecahan botol bir ini dibawah kakiku, ranjau untuk diri apabila kekuatan nadi tak mampu lagi menopang keinginan semu. 

Jika mati, jangan dikuburkan! biar pecahan beling ini yang mengebumikan raga dengan darah. 

Bogor Barat, 9 Mei 2021 22:26 

Salam, 

Sri Patmi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun