Setiap kali ada yang bertanya tolong jawab dengan kata "MENGAPA"Â
Terkadang siang tidak pernah memberikan jawaban atas setiap tanyaÂ
Begitu juga dengan malam, ia hanya bungkam dininabobokan untuk lelap dalam buaian para pujanggaÂ
Sedari dulu aku sudah bercerita tentang banyak romansa kota yang tak berkataÂ
Romansa ini terus dibawa hingga pagi dengan nyanyian, gerakan dansa, dan sebotol bir yang habis terus ditenggakÂ
Setiap kali habis, diganti lagi dengan yang berisiÂ
Kasihan matanya sudah sayu dan pandangannya masih merayuÂ
Melihat setiap tetes bir membasahi tenggorokanÂ
Setelah basahnya hilang berganti menjadi keringÂ
Suaranya sudah mulai serak karena malam sudah tidurÂ
Siang tak lagi menjawab dengan mengapaÂ
Sampai disini, ia berjalan dengan gontaiÂ
Tangannya melambai-lambaiÂ
Berjalan menyusuri kota yang katanya tempat orang pandaiÂ
Isi botol sudah habis, ia bingung dimana harus mengisinyaÂ
Sementara sudut kota sudah tak lagi bersahabatÂ
Sementara setiap pergerakan semakin melambatÂ
Setiap nadinya kini sudah berganti dengan jarum yang menyumbatÂ
Ia tersadar untuk menyambungkan nadinya yang akan putus ditarik oleh Siang yang bisu dan malam yang bungkamÂ
Ia sayat nadi disambungkan dengan nadi manusia yang tak sadar diriÂ
Menggantungkan tangan kanannya pada tangan yang lainnya di pusat kotaÂ
Bahan tontonan para manusia yang butuh lelucon dan canda tawa belakaÂ
Tapi mau bagaimana lagi? Pada nadi-nadi mereka, ia akan terus bergantung untuk tegukan-tegukan botol bir demi tenggorokannya agar basah.
Kutitipkan pecahan-pecahan botol bir ini dibawah kakiku, ranjau untuk diri apabila kekuatan nadi tak mampu lagi menopang keinginan semu.Â
Jika mati, jangan dikuburkan! biar pecahan beling ini yang mengebumikan raga dengan darah.Â
Bogor Barat, 9 Mei 2021 22:26Â
Salam,Â