Batu kali sudah ada dihadapanku saat ini. Tidak terlihat jelas bentuknya. Ehhh... Debu yang ada di dahimu sudah membentuk sedimen batu. Hahahhaa.. aku tertawa terbahak-bahak, mengapa keningmu semakin melebar. Kerasukan setan mana sih? Ada suara diatas tenggorokanmu. Seperti menghimpit kedua rongganya hingga sempit.Â
Aku sama sekali tidak panik, kau sedang bersenda gurau. Sesaat setelah itu, busanya keluar dari mulut hati yang menganga. Bunga-bunga bermekaran diantara busa yang beterbangan. Katupnya terbuka dan tertutup. Ada rasa kantuk keluar dari mulutmu. Kau menguap, keluar tapi tidak ada uap mendidihnya. Hanya angin dan bunga-bunga beterbangan.
Pria ini kesurupan setan.
Bergidik bulu kudukku. Aku berlari sekuat tenaga. Dihampiri ribuan tanya dimakan usia. Kembali ke tempat ini kau masih dalam kondisi sama. Rambutku telah memutih menjadi uban. Walah... Sudah ribuan kalender matahari kita saling menanti. Tempat ini penuh dengan bunga. Dikunjungi sebagai tempat keramat. Ditaburi banyak bunga, meminta wangsit. Hayo lho! Bakalan dicap sebagai berhala. Melenceng dari sesuatu yang lurus. Masih hidup tapi dikeramatkan. Dihimpit ribuan batu.
Teriakmu diatas mulut hati yang menganga
"Tolong... Aku butuh oksigen... "
Salam,