Mohon tunggu...
Sri Handoko Sakti
Sri Handoko Sakti Mohon Tunggu... DOSEN

HOBY MUSIC, MEMBACA , HIKING

Selanjutnya

Tutup

Horor

Seial Rumah Sakit Episode 15 : Suara yang tersandera Kematian

27 September 2025   11:40 Diperbarui: 27 September 2025   11:40 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.wenatcheeworld.com/news/your_news/death-notices/article_67c64874-ea30-4ea0-bef1-381fe638240c.html

Serial Episode Rumah Sakit Episode 15 : Suara yang tersandera kematian

BAGIAN 1: PANGGILAN PERTAMA

Ruang Jenazah | Jam 02.17

RS Mitra Sehat pada dini hari seperti sebuah makhluk yang berbeda. Kesibukan siang telah mereda, berganti dengan kesunyian yang begitu pekat dan kosong. Lorong utama masih terang, tapi semakin mendekati sayap timur tempat ruang jenazah berada, cahaya nya terlihat semakin redup. Dinding cat hijau tua yang sudah mengelupas di beberapa tempat, menyerupai terowongan waktu yang dingin. Lampu neon putih yang menggantung di langit-langit tinggi menyala separuh, sebagian lagi berkedip-kedip tidak menentu, menciptakan bayangan-bayangan panjang yang bergoyang seolah hidup sendiri di lantai granit yang dingin. Setiap langkah kaki bergema, dipantulkan oleh kesunyian.

Di pos perawat, Sofie (28) sedang menunduk, menyelesaikan laporan akhir shiftnya. Suara pena yang menggores kertas dan desisan harmonis dari monitor jantung di ruang ICU adalah satu-satunya pengisi keheningan. Bau disinfektan menyengat, bercampur dengan aroma kopi tua yang pahit di dalam mugnya. Kepalanya agak pening karena kurang tidur.

Lalu, terdengar.

"Sooofffieeee..."

Suara itu.....

Bukan suara yang keras. Justru sebaliknya, sangat lirih dan parau, seperti bisikan yang diterbangkan angin dari ujung lorong yang paling gelap. Seperti seseorang memanggil dengan sisa napas terakhirnya, berusaha menembus dinding pemisah dua dunia. Nadanya mendesak, hampir memohon.

Sofie membeku. Pena di tangannya berhenti bergerak, ujungnya masih menempel di kertas, membuat noda tinta biru membesar. Darahnya seolah berhenti mengalir, digantikan oleh sensasi dingin yang merayap dari ujung jari kaki hingga ke tulang punggungnya. Perlahan, sangat pelan, dia menoleh ke arah sumber suara. Lorong itu kosong. Hanya bayangan-bayangan yang menari-nari di bawah cahaya lampu yang berkedip. Dari kejauhan, bunyi hummm rendah dan stabil dari unit pendingin ruang jenazah terdengar, seperti dengung lebah raksasa yang tertidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun