KAMAR OPERASI ABADI: PEMBEDAHAN YANG TAK PERNAH USAI
PROLOG: SUARA DI LORONG KOSONG
Hari itu angin malam berdesir melalui jendela-jendela retak Rumah Sakit Permata yang telah berdiri sejak 100 tahun lalu, bangunan megah bergaya art deco peninggalan Belanda yang kini seperti kerangka raksasa yang sekarat. Dindingnya yang pernah putih bersih kini warnanya mulai menguning seperti gigi perokok berat, dihiasi noda-noda kelembaban yang membentuk pola aneh - mirip wajah-wajah yang meringis.
Lorong utama rumah sakit pada malam itu terlihat sepi hanya ada satu, dua orang yang melewatinya, hanya diterangi oleh lampu neon tua yang berkedip-kedip tak menentu, memantulkan bayangan bergerak yang seolah tak berasal dari benda nyata. Bau formalin bercampur dengan aroma busuk yang samar-samar menyengat di hidung.
Suster Lina (28 tahun) kelihatan sedang tergesa gesa dan berjalan cepat menyusuri koridor, napasnya mulai terengah-engah dan jantungnya berdetak lebih cepat. Rambut coklatnya yang biasanya rapi dalam sanggul kini dibiarkan berantakan, beberapa helai menempel di keningnya yang berkeringat.
Tiba-tiba......
TING! SUARA BERDENTING!
Suara logam jatuh di ujung lorong.
Terlihat uang logam keluar tiba tiba menggelinding dari arah kamar operasi lama yang sudah lama tidak dipakai dan pintunya terbuka, padahal seharusnya sudah terkunci puluhan tahun.
Darah Lina terasa membeku, detak jantungnya semakin berdetak dengan cepat. Keringan dingin keluar dari dahinya. Tangannya mencengkeram erat tas berisi obat-obatan sampai buku-buku jarinya memutih.