Mohon tunggu...
Sri Suharti
Sri Suharti Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga

Ibu dari dua anak yang menyukai dunia fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Teror Kegelapan yang Mengintai

7 Oktober 2025   08:06 Diperbarui: 7 Oktober 2025   08:06 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Hutan Gelap (Sumber: Canva) 


Suara itu semakin ramai terdengar, seperti kerumunan anak yang sedang bermain -- persis seperti saat dulu Ia bermain petak umpet. Aroma biji salak yang tengah dibakar menguar ke indera penciumannya diiringi oleh suara ramai yang semakin kuat. Keringat mulai bercucuran di kening Hari meski rintik hujan masih setia membasahi jas hujannya. Suara itu, datang kembali dan terdengar lebih jelas. Seperti suara teman lama yang ingin bersua.


Hariiii, bersembunyi yang benar agar tak ketahuan olehku...


Bam!


Hari terperanjat. Jalan mendadak gelap gulita, lampu penerangan mati. Tak ada penerangan sama sekali. Tersisa lampu para pengendara yang lewat, mereka seolah terburu-terburu. Hari berusaha melambaikan tangan pada lampu-lampu yang berlalu lalang, namun tak ada satupun yang menepi. Hanya klakson panjang yang Ia dapatkan.


Hariii....ketangkap kau!


Bisikan itu jelas terdengar di telinga kirinya, disertai tepukan di bahunya -- terasa begitu dingin dan kaku. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan melanda dirinya. Ia pun memberanikan diri menoleh ke sisi kiri. Wajah pucat tersenyum meringis hingga tampak gigi hitamnya, rambutnya teruai panjang hingga terjuntai ke tanah.


"Aaaaaaa.....tolooong!!!" teriak Hari histeris.


Ia berlari sekencang yang Ia mampu, memasuki kebun salak yang Ia yakini itu adalah rumah penduduk. Suara demi suara semakin membabi buta menelusup ke telinganya. Ia berteriak sekencang mungkin, namun mulutnya terasa tanpa suara.


Kau ketangkap Hari...kau harus serahkan jari manismu sekarang sebagai jamuan makan malam kita.


"Tidak! Kalian bukan temanku! Jariku manisku bukan untuk jamuan!" teriaknya bergetar penuh ketakutan.


Penglihatannya seolah tertutup oleh bayangan hitam yang mengikutinya. Ia melawan sekuat tenaga dengan kedua tangan dan kakinya -- bak beladiri di area bertanding. Napasnya terengah-engah, keringat mengucur deras di setiap lekuk tubuhnya. Ia merobek jas hujannya berharap mampu meredakan keringat berlebih pada tubuhnya.
Ia terus berteriak mesti tak ada satupun manusia yang mendengar. Tangannya sibuk melawan pohon salak yang terus menguntitnya. Bayangan hitam yang menutup penglihatannya membuat tenaganya terkuras tanpa sisa. Ia terduduk dengan terus saja meracau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun