Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Khilafah Bukanlah Solusi Masalah Kebangsaan

27 November 2022   05:36 Diperbarui: 27 November 2022   05:47 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kembali ke Pancasila, jalandamai.org

Kondisi ekonomi global yang semakin bergejolak efek konflik regional Rusia-Ukraina, perang dagang antara Amerika Serikat dan China, ancaman inflasi yang tinggi, hingga pengetatan likuiditas semakin memojokkan ekonomi banyak negara menuju pelemahan. Penurunan proyeksi ekonomi pun terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Ancaman resesi ekonomi global sudah didepan mata, gelombang resesi sudah kencang terasa di Eropa dan Amerika. Resesi ekonomi membuat sebagian masyarakat Amerika kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal. Naiknya harga bahan bakar minyak membuat harga pangan di Inggris melonjak tinggi. Indonesia terbilang cukup baik ekonominya dan dinilai kuat dari guncangan resesi menurut menteri keuangan Sri Mulyani, selain Indonesia masih ada tiga negara lainnya yaitu India, Brazil dan Meksiko. Kendati demikian, Indonesia harus tetap mempersiapkan diri menghadapi tantangan ekonomi mendatang.

Pernyataan Sri Mulyani merupakan angin segar yang seharusnya dapat menghapus kepanikan masyarakat Indonesia agar terhindar dari kepanikan kolektif yang dapat memperparah resesi. Dengan itu kita dapat menghalau ketakutan berlebihan dalam menghadapi tahun 2023.

Di tengah upaya negara bersiap diri agar Indonesia kuat menahan guncangan resesi, di sisi lain kelompok pengusung khilafah malah memanfaatkan momen tersebut sebagai upaya propaganda paham khilafah sebagai solusi atas permasalahan global. Namun rasanya propaganda tersebut sudah basi karena apapun persoalannya mulai dari permasalahan ekonomi, politik, sosial dan kemasyarakatan selalu saja khilafah solusinya. Bak jauh panggang dari api, sejarah justru mencatat khilafah menghadirkan kekerasan dan pertumpahan darah. Kok bisa, khilafah dipropagandakan sebagai solusi bagi permasalahan kebangsaan?

Menurut sejarah pada saat kekhalifahan dipimpin oleh Utsman bin Affan, umat Islam ribut karena dinilai lemah, ada lagi yang menganggap Utsman bin Affan lebih mengutamakan keluarga dan saudaranya (nepotisme) untuk menduduki jabatan gubernur dari provinsi-provinsi penting. Maka terjadilah konflik yang berakhir dengan terbunuhnya sang khalifah. Setelah itu Ali bin Abi Thalib naik menjadi khalifah, namun pendukung Utsman yang dipimpin Muawiyah melakukan perlawanan, maka terjadilah perang Shiffin, yang dianggap sebagai bagian dari perang saudara Islam pertama. Pada akhirnya Ali bin Abi Thalib juga mati terbunuh oleh kaum pemberontak Khawarij (awalnya mengakui kekuasaan khalifah Ali namun kemudian menolaknya).

Sejarah pertumpahan darah mungkin saja terulang kembali saat ini jika khilafah ditegakkan, karena Islam sudah terpecah menjadi beberapa golongan yang jumlahnya tentu lebih banyak dibanding zaman kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Tidak usah sampai ke tataran pemilihan khalifah, kelompok yang mengusung paham khilafah dan berupaya untuk menegakkan paham tersebut dalam prakteknya saja sudah memperlihatkan kekerasan, pemaksaan, intoleransi, sangat jauh dari kesan Islam yang rahmatan lil alamin.

Saya jadi berpikir, kalau saja khilafah tidak ada kaitannya dengan Islam kemudian direpresentasikan dengan kekerasan, masih adakah keinginan kita untuk mengusungnya sebagai solusi segala permasalahan umat? Saya rasa khilafah berhasil menjadi komoditas karena disandingkan dengan Islam, sehingga mereka yang minim pengetahuan dan yang dibutakan oleh rasa benci menganggap bahwa menegakkan khilafah adalah bagian daripada menegakkan Islam di muka bumi ini.

Lagi-lagi masalah literasi (iqro') dan penggunaan akal pikiran yang merupakan pemberian Sang Khaliq sebagai pembeda manusia dengan mahluk lainnya, dua hal yang ditekankan dalam Al Qur'an namun seringkali umat Islam abaikan, mereka lebih suka membeo tanpa membaca untuk mencari tahu dan tanpa mencerna dengan akal yang dimilikinya. Wallahu a'lam bishawab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun