Mohon tunggu...
sri nuraini
sri nuraini Mohon Tunggu... Hoteliers - swasta

seorang yang gemar snorkeling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Cerdas Tak akan Provokasi dan Saling Membenci

10 Juli 2020   23:00 Diperbarui: 10 Juli 2020   22:49 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Provokasi Bukan Solusi - beritaprovokasi.wordpress.com

Era perkembangan digital ini tidak hanya melahirkan serangkaian aktifitas positif dan inspiratif. Namun tidak sedikit pula telah melahirkan aktifitas yang membuat kita semua tak habis pikir. 

Terkadang dalam kondisi yang susah pun, ada saja yang menyebarkan informasi menyesatkan dan penuh dengan provokasi. Dan kita semua punya pengalaman buruk tentang provokasi dan ujaran kebencian ini. 

Dan yang dirugikan akibat dari provokasi dan menebar kebencian ini adalah kita sendiri. Ya, kita sendiri. Tali pertemanan putus, tali silaturahmi putus, hanya karena terprovokasi oleh informasi yang menyesatkan.

Era media sosial yang awalnya menjadi kanal untuk memupuk pertemanan dan silaturahmi, dalam perjalanannya berubah menjadi kanal pemutus pertemanan dan silaturahmi. 

Awalnya menjadi penyebar informasi yang inspiratif, kini berubah menjadi informasi yang provokatif. Memang tidak semuanya. Namun tren penyebaran keduanya masih cukup tinggi dan berpotensi bisa menjadi pemecah belah persatuan dan toleransi yang selama ini sudah kita jaga.

Beberapa tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara beberapa tahun lalu sempat menjadi sasaran amuk masa dan dibakar. Usut punya usut amuk massa itu dipicu karena provokasi yang terjadi di media sosial. 

Di era pilkada dan pilpres beberapa tahun lalu, juga banyak yang saling bermusuhan hanya karena provokasi media sosial. Bahkan, tidak sedikit yang harus masuk ke dalam penjara, atas tuduhan pencemaran nama baik. 

Masyarakat nyaris terpecah belah hanyakarena persoalan politik. Prasangka dan kebencian selalu saja ada dalam setiap pikiran. Padahal, bukan ini karakter kita. Karakter kita adalah saling merangkul, saling berdampingan, saling menghargai dan tolong menolong antar sesama.

Ironisnya, hingga saat ini provokasi dan kebencian virtual ini masih saja terjadi. Dan tentu saja hal ini tidak akan terjadi jika tidak ada pihak-pihak yang secara sengaja terus mengumbar kebencian di dunia maya. Jauh sebelum tahun politik, kelompok intoleran dan radikal sudah lebih dulu melakukan hal ini. 

Ujaran kebencian ditujukan kepada kelompok tertentu atau pemerintahan. Hingga ujung-ujungnya mereka menawarkan khilafah, yang dianggap solusi dari segalanya.

Jika masyarakat tidak cerdas memilah pilah setiap informasi, berpotensi akan terprovokasi dan memicu terjadinya perselisihan. Masyarakat harus membekali diri dengan literasi, agar bisa mencerna setiap informasi dengan obyektif. 

Tanpa literasi, kita akan mudah percaya dengan informasi. Jika dihembuskan isu yang tidak benar pun, langsung mempercayainya. Apalagi informasi tersebut dikatakan oleh orang-orang yang mempunyai kedudukan penting di masyarakat.

Penyebaran ujaran kebencian dan provokasi harus dihentikan. Mari kita menyebarkan pesan yang penuh kesejukan dan perdamaian. Ingat, Indonesia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi toleransi dan perdamaian. 

Sudah semestinya, bibit kebencian yang mungkin masih ada harus kita tinggalkan. Bibit provokasi yang masih ada dalam diri, harus kita buang jauh-jauh. Mari menanamkan toleransi dan perdamaian sejak dari dalam pikiran, dan mengimplementasikan dalam setiap ucapan dan perilaku. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun