Mohon tunggu...
Rudi Dari Rumpin
Rudi Dari Rumpin Mohon Tunggu... -

Sekarang mengajar di SDN Sukasari 04 Rumpin Bogor. Aktip di Pengurus Cabang PGRI Kecamatan Rumpin. Aktif menulis puisi dan Cerpen , serta menjadi blogger di http//www.bloggurudarirumpin.blogspot.com. \r\ndan http//www.rumpinnews.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Salah Menafsirkan Makna Persahabatan

23 Maret 2017   18:54 Diperbarui: 23 Maret 2017   18:56 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musibah berbuah cinta. Berawal dari menabrak seorang anak kecil dalam perjalanan ke pasar, kemdian mempertemukannya dengan ayah dari anak yang tertabraknya itu akhirnya meurut kabar yang aku dengar dari guru – guru lain di sekolah akan berlanjut ke plaminan. Bu Dinar akan menikah dengan duda beranak tiga itu, dan Bu Dinar yang dulu selalu mencurahkan semua rasa baik suka mau pun duka, sedih mau pun gembira, kepadaku, kini dengan sengaja tidak mengabari aku tentang rencana pernikahannya.

Walau tidak diundang dan tidak mendapatkan kabar rencana pernikahannya dengan duda itu secara langsung darinya, namun aku tetap harus memberikan doa restu. Bahkan aku menitipkan kado khusus untuk Bu Dinar ke Pak Dahlan, sahabat dekat Bu Dinar setelah Bu Dinar menghindar dariku.

“Mengapa tidak ibu saja yang memberikan kado ini ke Bu Dinar ?” Pak Dahlan merasa heran.

“Saya tidak diundang, Pak.” Kataku jujur.

“Mungkin lupa, Bu Dinar memang sibuk mempersiapkan acara pernikahannya seorang diri. Katanya hanya menikah saja, tidak ada acara resepsi. Hanya mengundang saudara – saudara terdekat saja katanya. Aku saja tahu rencana pernikahan Bu Dinar itu dari kepala sekolah kemarin.” Jelas Pak Dahlan. “Sudah bareng saja dengan aku berangkat ke sana besok. Besok kan Minggu,” Ajak Pak Dahlan.

“Tidak ah, aku titip kadonya saja yah. Tolong sampaikan salam dariku, aku turut bahagia atas pernikahnnya itu.


“Ya sudah, nanti aku sampaikan kado dan salam Ibu Dewi untuk Bu Dinar. Aku bawa dulu kadonya ke rumahku yah.” Pak Dahlan membawa titipan kadoku pulang. Pak Dahlan akan berangkat ke rumah Bu Dinar langsung dari rumahnya rupanya.

Sepanjang malam aku tidak bisa tidur, mengenang persahabatanku yang kini telah hilang. Hilang karena kesalahan cara menapsirkan rasa perduli terhadap sahabat menjadi goresan luka yang kemudian menorehkan benci. Padahal apa yang aku sampaikan padanya itu adalah bukti keperdulianku kepadanya sebagai sahabat yang sudah aku anggap seperti saudara kandungku sendiri.

Haya doa yang bisa aku panjatkan kepada Allah semoga pernikahan Bu Dinar berjalan dengan lancar, dan kelak mereka dapat membangun sebuah tatanan keluarga yang sakinah mawadah wa rohmah. Seia sekata dalam suka dan duka. Saling memahami kehendak masing – masing, serta mampu saling menlengkapi kekurangan masing – masing sekaligus mampu menyempurnakan kelebihan masing – masing. Andai saja aku diundangnya langsung, aku pasti datang membawa rasa hati yang bahagia. Memeluknya erat sambil merasakan debaran jantungnya yang berdegup kencang dan mendampinginya saat usai ijab kabul yang diucapkan imam pilihannya itu berkeliling menyalami para tamu yang turut mendoakan mereka supaya bahgia senantiasa.

Hari Senin aku berangkat pagi – pagi sekali, ingin mendengar cerita bahagia dari teman – teman guru di sekolahku yang sudah menghadiri pernikah Bu Dinar kemarin.

“Bagaimana pak acara kemarin ?” Tanyaku langsung saat Pak Dahlan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun