Mohon tunggu...
Rudi Dari Rumpin
Rudi Dari Rumpin Mohon Tunggu... -

Sekarang mengajar di SDN Sukasari 04 Rumpin Bogor. Aktip di Pengurus Cabang PGRI Kecamatan Rumpin. Aktif menulis puisi dan Cerpen , serta menjadi blogger di http//www.bloggurudarirumpin.blogspot.com. \r\ndan http//www.rumpinnews.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Salah Menafsirkan Makna Persahabatan

23 Maret 2017   18:54 Diperbarui: 23 Maret 2017   18:56 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kapan kuliahnya, bu? Perasaan belum pernah mendengar ibu kuliah ?” Aku merasa heran, karena setahuku, selama bersahabat denganku Bu Dinar belum pernah bercerita, atau mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan kuliahnya.

“Jangan kasih tahu siapa – siapa, ini menjadi rahasia kita berdua.” Pesan Bu Dinar setengah berbisik. “Bu Dewi masih ingat cerita saya tentang ayahnya anak yang pernah tertabrak motor aku kan ?” Tanya Bu Dinar kemudian.

“Iya masih. Duda beranak tiga yang menawarkan diri menjadi suami ibu, kan ?” Tebakku.

“Iya, dia yang memabantu aku mendapatkan ijazah ini. Dia kenal dengan salah seorang pengelola perguruan tinggi suwasta di Jakarta. Dengan hanya 10.000.000 rupiah saja, dalam waktu 6 bulan aku sudah bisa memperoleh ijazah itu.” Cerita Bu Dinar sambil mengembangkan senyum kebahagian di bibirnya.

“Astagfirullah, ini pelanggaran bu. Bagaiaman kalau ibu ternyata ditipu, ijazah itu palsu, dan kampus yang telah mengeluarkan ijazah itu ternyata fiktif.” Aku mengingatkan Bu Dinar, karena memang saat ini sedang banyak sekali kasus beredarnya ijazah palsu, bahkan menurut berita di televise ada oknum DPRD yang lolos sampai duduk di Senayan diketahui telah menggunakan ijazah palsu.

“Ah Bu Dewi terlalu berprasangka buruk. Kata dia, aku ini bukan orang pertama yang dia tolong mendapatkan ijazah, bahkan banyak yang telah ditolongnya kini sudah menerima tunjangan serttifikasi.” Bu Dinar merasa aku telah meragukan keaslian ijazah yang ditunjukkannya padaku.


“ Menurut ibu masuk akal tidak, hanya dengan memberi uang, tanpa melakukan proses perkuliahan, tiba – tiba ibu menerima ijazah. Ibu tahu tidak dimana lokasi kampus yang telah mengeluarkan ijazah ini ?” Tanyaku.

“ Kalau masih bisa mendapat ijazah dengan tanpa harus bersusah payah mengikuti perkuliahan, untuk apa kita kuliah ? Tujuannya kan tetap saja untuk mendapatkan ijazah.” Kilah Bu Dinar. “Sudahlah, jangan berdebat soal ijazah ini. Kalau ibu memang tidak merasa suka dengan kebahagiaan aku yang telah mendapatkan ijazah ini, tidak apa – apa, aku janji akan membuktikan bahwa ijazah ini adalah ijazah yang bisa aku pertanggungjawabkan” Lanjut Bu Dinar sambil memasukkan map bersisi ijazah lengkap dengan akta IV dan transkrip nilainya ke dalam tasnya. Setelah itu dengan raut wajah kecewa, Bu Dinar berpamitan pulang.

Persahabatanku dengan Bu Dinar berubah 3600 sejak aku mencoba mengingatkannya tentang ijazah yang menurutku tidak wajar. Bu Dinar mungkin kecewa dengan caraku dalam mengingatkannya itu. Tapi aku memang sama sekali tidak bermaksud menyinggung dan mengecewakannya, aku hanya ingin Bu Dinar yang sudah lama bersahabat denganku itu berhati – hati dan tidak sembarangan mempercayai orang yang dengan mudah mendapatkan ijazah hanya dengan mengeluarkan uang. Ijazah itu dokumen berharga yang cara memperolehnya harus mengikuti prosedur yang benar.

Walau pun setiap hari aku bertemu Bu Dinar di sekolah, namun kami sama sekali tidak pernah bertegur sapa seperti biasanya. Bu Dinar selalu menghindar setiap kali melihatku, aku jadi merasa bersalah. Berkali – kali mencoba menyampaikan permohonan maafku padanya, tapi Bu Dinar tetap saja tidak mau memaafkanku. Sikapnya yang dingin membuat setiap pertemuan kami seperti dua manusia asing yang tidak pernah saling mengenal sebelumnya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun