Gadis itu mengulurkan tangannya mengajak bersalaman dan kusambut dengan hangat. "Halo, nama saya Dea. Saya sedang menunggu untuk les vokal. Apakah Tante sudah selesai dengan Bu Fanny?"tanyanya lugas. Aku merasa terkejut dengan gaya bicaranya yang to the point.
Bu Fanny tertawa renyah. "Sebentar lagi selesai, Dea. Ibu mau bicara sebentar dengan mama Veli. Kamu silakan menunggu di kelas paling ujung, ya. Bu Fanny segera menyusul."
"Kak Dea suaranya merdu sekali,"puji Veli dengan mata berbinar-binar.
Gadis yang dipuji mengangguk mantap. Ia menjawab dengan nyaring,"Terima kasih. Saya berlatih keras bertahun-tahun untuk bisa menyanyi seperti Kris Dayanti. Hampir semua lagunya saya suka. Lagu tadi biasanya saya nyanyikan kalau bosan menunggu terlalu lama."
Aku benar-benar terkesima dengan keterus-terangan anak bau kencur ini. Tiba-tiba direktur kursus menghampiri kami. Dia mempersilakan Bu Fanny dan Dea untuk segera memulai kursus di ruangan kelas. Biar dia saja yang menemaniku dan Veli di sini.
"Mohon maaf atas ucapan Dea tadi, Bu. Gadis itu seorang penyandang autisme. Dia . kurang memahami etika berbicara dengan baik. Kelemahannya memang dari segi komunikasi dan sosialisasi. Untungnya dia dianugerahi otak yang cerdas dan kemampuan olah vokal yang luar biasa,"tutur sang direktur panjang lebar.
Perasaanku jadi campur-aduk. "Kasihan, gadis secantik itu..."
"Tuhan punya rencana tersendiri yang diluar jangkauan manusia, Bu. Disini bukan Dea saja murid spesial kami. Ada banyak murid berkebutuhan khusus dengan segala usia yang kami bantu gali bakatnya di bidang seni musik. Ada yang autis seperti Dea. Ada juga yang down syndromme, ADHD, cerebral palsy, cedera otak akibat epilepsi, dan lain sebagainya."
Aku masih berusaha mencerna baik-baik ucapan perempuan berambut cepak itu ketika tiba-tiba pintu lobby didorong dari luar. Seorang perempuan berkostum baby sitter terlihat memapah seorang gadis berkacamata yang berjalan tertatih-tatih. Sang direktur kemudian memperkenalkanku dengan gadis itu.Â
Dia ternyata bernama Adis dan berusia dua puluh tiga tahun. Di tempat ini ia belajar bermain piano, olah vokal, dan menciptakan lagu. Rencananya dia akan merilis album independen dalam waktu dekat. Orang tuanya menyediakan dana yang diperlukan sedangkan BMC mengerjakan bagian produksi dan pemasarannya.
"Semoga sukses peluncuran album pertamanya ya, Dis,"ucapku tulus "Terima kasih, Tante,"balas gadis lugu itu sambil tersipu malu.