Sudah menjadi hal biasa, dalam setiap perhelatan kampanye baik kampanye pemilihan umum (pemilu) ataupun kampanye pemilihan kepala daerah (pilkada), setiap peserta pemilu dan pilkada pasti akan berlomba-lomba mengumbar janji politik mereka kepada masyarakat selaku konstituen.
Janji-janji politik para politisi ini biasanya dibungkus dengan rapi dalam sebuah dokumen politik yang lazim kita kenal dengan istilah 'visi dan misi calon', baik calon presiden ,calon anggota DPR dan DPRD, calon gubernur maupun calon kepala daerah.
Janji politik atau visi dan misi calon legislator ataupun calon pemimpin di lembaga pemerintahan ini biasanya didesain dengan tujuan untuk menarik simpati dari pemilih atau konstituen sebanyak mungkin.
Janji-janji politik atau visi misi calon dari para politisi ini juga biasanya dibuat sedemikian rupa sehingga bagi mereka yang membaca tanpa mencernanya lebih dalam maka berpotensi akan langsung terbius dan terlena oleh janji-janji manis mereka yang bak hembusan  angin dari surga.
Pertanyaannya, sebagai pemilih atau konstituen yang cerdas bagaimanakah seharusnya kita menyikapi janji-janji politik dari para politisi tersebut?
Jawabannya tentu sangat relatif tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Namun bagi saya sebagai penulis sekaligus pemilih tentu seharusnya kita bisa bersikap jeli dan kritis dalam menyikapi setiap janji-janji politik dari para politisi.
Jangan mudah percaya dan terbuai serta jangan pernah menelan bulat-bulat alias mentah-mentah apapun yang disampaikan oleh para politisi, khususnya terkait dengan janji-janji politik yang mereka sampaikan pada saat kampanye.
Dengan tujuan untuk menarik simpati dari masyarakat, biasanya para politisi memang  cenderung akan mengeluarkan jurus "membual" dengan janji-janji politik, yang kalau kita mau mencernanya lebih jauh maka sebenarnya janji-janji politik mereka itu justru terkesan terlalu muluk sehingga tidak masuk logika dan bahkan terkesan mustahil untuk diwujudkan dalam masa lima tahun seandainya mereka terpilih dan duduk dikursi parlemen ataupun di pemerintahan.
Contoh kasus soal janji politik para politisi yang bak pepesan kosong karena tidak mampu mereka realisasikan ketika berhasil duduk sebagai wakil rakyat atau pemimpin di pemerintahan baik dipusat maupun didaerah sudah sangat sering kita dengar.
Jadi mumpung sekarang para politisi hasil pemilu dan pilkada 2024 yang duduk dan terpilih baik dilembaga legislatif maupun eksekutif masih berbulan madu dengan eforia keberhasilan mereka, ada baiknya kita  evaluasi dan identifikasi kembali janji-janji politik yang dulu pernah mereka sampaikan kepada kita pada saat masa kampanye.