Hasil gambaran Arka menjadi gambar yang begitu menyedihkan, kenangannya berdua dengan Arka yang tercipta hari ini. Memang penyesalan selalu datang terakhir.
Sekarang yang bisa Rani lakukan adalah mengamati lukisan cantik di hadapannya.
Pintu kamarnya terbuka memperlihatkan sang ibu dengan wajah sedikit murung di depannya, Rani tidak mengetahui apa maksud dari tatapan sang ibu saat ini.Â
"Tadi ibu Arka telfon, katanya Arka kecelakaan."
Rani melotot mendengar perkataan ibunya barusan, ini pasti kebohongan. Perempuan cantik itu masih berbicara dengan Arka belum ada dua jam yang lalu, tapi kenapa sekarang ia mendengar kabar kematian dari Arka.Â
"Bohong, kan? Arka tadi masih kirim pesan ke Rani dan tadi kita juga bareng-bareng, Arka cuman pergi ke Malang."
Ibunya hanya mengusap pundaknya pelan dan berjalan meninggalkan Rani yang kini menatap rumah Arka di sebelah rumahnya. Bohong sekali! Arka masih baik-baik saja beberapa jam lalu dan mereka masih berbincang dengannya.
Air matanya perlahan mengalir saat mendengar suara tangisan dari ibu Arka, kedua orang tua Arka mendadak menjadi bukan orang yang sibuk. Dadanya terasa sesak mendengar suara tersebut, sangat tidak mungkin jika Arka begitu cepat meninggalkannya.Â
"Kamu kalau mau tinggal di Malang sama kakek kamu enggak masalah, tapi bukan meninggal. Jadi maksud kamu tentang kematian tadi apa? Kamu malah buat aku sedih dan takut. Ada orang yang menangisi kamu Arka," gumam Rani.
Suara ambulan terdengar setelah hampir dua jam setengah Rani menangis, ia tidak menyangka jika Arka benar-benar meninggalkannya sendirian. Tatapan mata Rani menatap rumah Arka yang sudah mulai ramai dengan beberapa orang yang berdatangan ke rumah duka.
"Rani... kamu nangis?"Â