Bank Dunia menghitung rakyat miskin Indonesia 171,8 juta jiwa, tetapi, BPS hanya mencatat 24,06 juta jiwa rakyat Indonesia yang miskin.
Apa pun metode penghitungannya, yang pasti selisih perbedaannya sangat signifikan, Bank Dunia mencatat rakyat miskin Indonesia, 7 kali lipat dari catatan BPS.
Hanya menyoal rakyat miskin saja, belum berbagai masalah lain di Indonesia? Bagaimana caranya pemerintah membuat rakyat miskin versi BPS atau Bank Dunia "bangkit bersama".
Bukankah, rakyat miskin atau dikondisikan agar tetap miskin demi mereka (pemerintah, parlemen, dinasti, ologarki, cukong, partai, dll) dapat terus bangkit?
Apakah tidak bahaya, bila rakyat miskin bangkit? Sebab, mereka lumbung suara untuk mendapatkan "kursi" jabatan dan kekuasaan?
Rakyat yang cerdas dan tahu akal busuk dan licik mereka yang mentalitasnya penjajah saja, sekadar mengkritik saja sudah mendapat berbagai "ancaman" dll.
Tidak normal
Indonesia yang saya sebut konsisten dikondisikan tidak normal, karena terus dijajah oleh yang "berkuasa" dengan cara yang TSM: membodohi, membuat miskin, membuat menderita, dibuat tidak adil, dan adanya ancaman-ancaman, tekanan, dll seharusnya tema Harkitnas 2025 yang sesuai fakta adalah "Bangkit, Wujudkan Indonesia Terus Milik Kita", artinya "mereka terus berupaya mempertahankan kekuasaan agar Indonesia terus dalam genggaman mereka.
Bila kondisi Indonesia normal, rakyat tidak terus dijajah, maka rakyat dan penguasa kedudukannya setara, sama-sama merasakan senang-susah yang seimbang dan adil, Â tema "Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat", bukan basa-basi. Bahkan dapat mencerminkan semangat kolektif seluruh elemen bangsa untuk melanjutkan perjuangan dalam membangun Indonesia yang tangguh dan berdaya saing.
Bila Indonesia normal, tema itu pun menjadi ajakan bagi seluruh rakyat Indonesia untuk meneladani semangat kebangkitan para pendiri bangsa yang memulai perjuangan dari kesadaran akan pentingnya persatuan dan identitas nasional.
Hingga di era modern, semangat itu diteruskan melalui partisipasi aktif dalam pembangunan, inovasi, dan penguatan karakter bangsa agar Indonesia mampu berdiri sejajar di kancah global.