Mohon tunggu...
suryansyah
suryansyah Mohon Tunggu... Editor - siwo pusat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

warga depok paling pinggir, suka menulis apa saja, yang penting bisa bermanfaat untuk orang banyak. Email: suryansyah_sur@yahoo.com, siwopusat2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Senioritas Bukan di Atas Kertas

30 Juli 2021   15:38 Diperbarui: 30 Juli 2021   15:40 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senioritas di kantor. sumber foto idntimes.com

Senioritas di Kantor

SENIOR adalah bos. Yunior tidak lebih dari 'jongos'. Saya tidak setuju dengan pola pikir itu. Tidak etis. Tapi itu acap terjadi di lingkungan kerja.

Senioritas merasa berkuasa. Fresh graduate--pekerja baru- selalu diperintah. Dibuat tak berdaya. Kelamaan tidak betah. Mentalitas lemah pasti akan menyerah. Itu lumrah. Tidak sedikit kejadiannya.

Tapi tak semua senioritas 'ngebossi'. Ada yang lebih manusiwi. Bersikap  rendah hati. Mau berbagi. Yunior dinilai aset yang hakiki. Karena itu, senioritas bukan di atas kertas.

Saya pernah merasakan getirnya awal masuk kerja. Jadi yunior harus mengikuti perintah. Jika menolak bisa celaka. Sudah manut pun belum tentu pekerjaan kita bisa diterima.

Pernah suatu ketika karya saya masuk tong sampah. Dibuang bos karena tak sesuai selera. Saya hanya berdiam tanpa kata. Hati ingin meronta tapi tak berdaya.

Batin menjerit. Semua terasa pahit. Pikiran jadi sengkarut. Karya itu saya buat tidak mudah. Ada proses dan butuh waktu. Penuh dengan kehati-hatian. Ketelitian. Tapi, semua mentah. Itulah kuasa senioritas.

Bisa bayangkan, 'sakitnya tuh disini', kata penyanyi Cita Citata. Saya kecewa, itu pasti. Tapi tak boleh larut. Saya ambil hikmahya. Harus intropeksi diri. Sesuatu yang kita anggap baik, bisa sebaliknya di mata senior. Saya terpecut untuk lebih giat.

Dalam hati berbisik: akan saya buktikan, Anda keliru! Perlahan saya mengubur rasa sakit hati. Seiring dengan pembuktian diri. Tunjukkan kinerja dengan kualitas mumpuni.

Saya tak pernah puas dengan karya sendiri. Justru saya merasa masih banyak kekurangan. Saya harus banyak belajar. Menggali ilmu dari orang yang saya anggap memiliki kelebihan.

Ada kalanya senioritas mendril kita dengan cara yang dianggap keterlaluan. Tapi, sejatinya mempunyai tujuan baik. Mengajari kita supaya tidak cengeng. Tahan mental. Hanya saja kadang kita salah mengartikannya. Yang muncul tingginya ego.

M. Alifarqi (2019) melalui bukunya yang berjudul Senioritas, menyebutkan bahwa ketidakmampuan dalam mengatasi senioritas sering kali menjadi alasan untuk mundur dari tempat bekerja.

Rasa tidak nyaman yang timbul dari perlakuan senior, tentu saja dapat menciptakan lingkungan kerja yang kurang kondusif. Dampaknya, motivasi kerja menjadi turun dan kinerja akan ikut turun. Hal ini sering kali terjadi pada lulusan baru atau fresh graduate.

Senioritas umumnya terjadi karena faktor usia atau lebih dulu bergabung dalam suatu institusi. Sehingga lulusan baru atau mahasiswa yang bekerja sampingan (magang dan freelance) tidak jarang menjadi sasaran empuk senioritas.

Dari sana saya mencoba merenung dan berpikir. Komunikasi menjadi kunci. Menurut saya ini cara pertama. Mulai dari hal yang kecil. Misalnya menyapa lebih dulu. Di manapun tempatnya. Baik di kantor maupun saat berpapsan di jalan.

Dengan demikian, senior merasa dihargai. Sebaliknya, mereka akan respek dengan kita. Perlahan tapi pasti, senior akan membuka diri. Attitude itu menjadi modal dasar sebelum kita memulai sebuah pekerjaan.

Cara kedua mencari kesamaan.
Berdaptasi itu penting. Bukan hanya dengan lingkungan kerja. Tapi juga karakter orang yang kita hadapi. Bukan berarti kita merendah. Tak ada salahnya jika kita mencari kesamaan dengan senioritas.

Misalnya dalam olahraga atau hobi. Jika kita memiliki kesamaan itu, tentu akan mudah membuka pintu hatinya. Apalagi jika kita mempunyai kelebihan dalam kesamaan tersebut dibanding senior kita.

Sekalipun tidak memiliki kesamaan hobi, pasti ada hal yang bisa dihubungkan untuk melunakan hatinya. Misalnya, senior kita suka tenis, kita suka sepakbola. Berbagilah cerita atau kisah tentang pengalaman hobi Anda. Rangkai dengan semenarik mungkin.

Trik ketiga, menghindari konfrontasi.
Saya memilih cara mengajak senior berdiskusi. Bertukar pikiran tanpa menggurui. Saling mengisi. Tapi, harus hati-hati. Kita harus pandai membaca karakter senior. Misalnya dengan mencermati apa yang disukai senioritas dan mana yang tidak disukai. Pendekatan itu saya lakoni hampir setiap hari.

Cara keempat dengan tunjukkan kemampuan.
Saya ingat pesan orang tua. "kalau kerja jangan di depan bos," tuturnya. Saya memahami maksudnya. Jangan menjadi penjilat di depan senioritas atau pimpinan. Di depan pimpinan kita bekerja, tapi di belakangnya berleha-leha. Saya selalu percaya: kerja keras tidak akan mendustakan hasilnya.

Untuk mendapat penilaian baik, maka harus menunjukkan kinerja yang baik pula. Tunjukkan bahwa kemampuan yang dimiliki tidaklah kalah dengan para senior.

Dengan kita bekerja on the track, niscahya senior akan memberikan apresiasi. Rasa hormat atau respek.

Kelima, percaya diri.
Ini sangat penting. Jangan minder sekalipun kita minim pengalaman. Banyaklah bertanya sesuatu yang memang tidak kita ketahui. Jangan sok tahu, padahal tidak tahu sama sekali.

Jika kita percaya diri dalam mengerjakan sesuatu, nischaya kita bisa membuat senior kita senang. Setiap pekerjaan harus dilakukan dengan maksimal dan attitude yang baik. Karena tidak ada yang tidak bisa kita lakukan jika kita mau mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun