Ada kalanya senioritas mendril kita dengan cara yang dianggap keterlaluan. Tapi, sejatinya mempunyai tujuan baik. Mengajari kita supaya tidak cengeng. Tahan mental. Hanya saja kadang kita salah mengartikannya. Yang muncul tingginya ego.
M. Alifarqi (2019) melalui bukunya yang berjudul Senioritas, menyebutkan bahwa ketidakmampuan dalam mengatasi senioritas sering kali menjadi alasan untuk mundur dari tempat bekerja.
Rasa tidak nyaman yang timbul dari perlakuan senior, tentu saja dapat menciptakan lingkungan kerja yang kurang kondusif. Dampaknya, motivasi kerja menjadi turun dan kinerja akan ikut turun. Hal ini sering kali terjadi pada lulusan baru atau fresh graduate.
Senioritas umumnya terjadi karena faktor usia atau lebih dulu bergabung dalam suatu institusi. Sehingga lulusan baru atau mahasiswa yang bekerja sampingan (magang dan freelance) tidak jarang menjadi sasaran empuk senioritas.
Dari sana saya mencoba merenung dan berpikir. Komunikasi menjadi kunci. Menurut saya ini cara pertama. Mulai dari hal yang kecil. Misalnya menyapa lebih dulu. Di manapun tempatnya. Baik di kantor maupun saat berpapsan di jalan.
Dengan demikian, senior merasa dihargai. Sebaliknya, mereka akan respek dengan kita. Perlahan tapi pasti, senior akan membuka diri. Attitude itu menjadi modal dasar sebelum kita memulai sebuah pekerjaan.
Cara kedua mencari kesamaan.
Berdaptasi itu penting. Bukan hanya dengan lingkungan kerja. Tapi juga karakter orang yang kita hadapi. Bukan berarti kita merendah. Tak ada salahnya jika kita mencari kesamaan dengan senioritas.
Misalnya dalam olahraga atau hobi. Jika kita memiliki kesamaan itu, tentu akan mudah membuka pintu hatinya. Apalagi jika kita mempunyai kelebihan dalam kesamaan tersebut dibanding senior kita.
Sekalipun tidak memiliki kesamaan hobi, pasti ada hal yang bisa dihubungkan untuk melunakan hatinya. Misalnya, senior kita suka tenis, kita suka sepakbola. Berbagilah cerita atau kisah tentang pengalaman hobi Anda. Rangkai dengan semenarik mungkin.
Trik ketiga, menghindari konfrontasi.
Saya memilih cara mengajak senior berdiskusi. Bertukar pikiran tanpa menggurui. Saling mengisi. Tapi, harus hati-hati. Kita harus pandai membaca karakter senior. Misalnya dengan mencermati apa yang disukai senioritas dan mana yang tidak disukai. Pendekatan itu saya lakoni hampir setiap hari.
Cara keempat dengan tunjukkan kemampuan.
Saya ingat pesan orang tua. "kalau kerja jangan di depan bos," tuturnya. Saya memahami maksudnya. Jangan menjadi penjilat di depan senioritas atau pimpinan. Di depan pimpinan kita bekerja, tapi di belakangnya berleha-leha. Saya selalu percaya: kerja keras tidak akan mendustakan hasilnya.