Siapakah sesungguhnya yang lebih tahu tentang kebahagiaan bagi diri kita?
Kita sendiri (dengan seluruh angan, asa, pikir dan hati) yang siap mendefinisi?
Orang lain (yang dengan persepsi mereka, kelaziman yang berlaku di masyarakat) mendeskripsikan kebahagiaan merah atau hijau atau biru untuk diri kita?
Atau Tuhan Yang Maha Mengetahui kebutuhan dan keinginan, Yang Maha Mengetahui tiap mikrometer linearitas jejak sedih-gembira hari yang kita lalui, Yang Maha Menyeimbangkan alam semesta hingga galaxy Bima Sakti tetap bertasbih bersama bulan-bumi-matahari yang berotasi dan berevolusi dalam orbitalnya?
Kebahagiaan. Berhulu di hati. Kebahagiaan bukan berarti tanpa tangis dan kisah sedih.
Sekian cc air mata dan sekian desibel derai tawa dibutuhkan untuk memformulasikannya.
Ditulis kembali pada 19 Januari 2021.