Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Darah Biru yang Terluka (60)

21 Februari 2015   21:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Nanti sebentar lagi ada dua panglima dengan pasukan yang menyusul kalian. Hati-hati.”

Warsih memacu kudanya dengan cepat, kitapun berderap mengikuti dia.
Keadaan sekitar sudah sepi, tidak tampak ada prajurit atau ponggawa kerajaan yang kita temui.

Aku menyusul Warsih “Rumah mu di sekitar sini Warsih ?” aku tanya

“Masih jauh Puteri, rumah saya didekat bandungan Prapat.” Warsih memperlambat kudanya, aku bareng mengikutinya.

“Pasti engkau hapal dengan jalan-jalan trobosan di daerah sini ya ?”
“Betul Puteri, daerah sini merupakan daerah bermain waktu kecil” katanya sambil tersenyum.

“Si Lurik ini sudah hapal daerah sini, sambil meram juga dia akan sampai di kandangnya di istana.” Kulihat dia membelai surai si-Lurik kudanya yang tampak begitu perkasa.

“Warnanya bagus sekali, itu dari istana atau milikmu sendiri.”?” Tanyaku.

“Ini milik saya sendiri Puteri, hadiah dari ayahanda saya sejak lama. Saya lebih cocok dengan Lurik daripada kuda istana. Kuda istana galak dan garang,seperti kuda Puteri, saya sering tidak bisa menguasai.”

“Engkau belum kenal saja, kalau sudah kenal, pasti mereka juga menyenangkan.” Aku belai surai kuda yang kunaiki dan tampak kuda itu senang dengan belaianku. Dia seperti mendengus.

“Engkau tahu ini dahulu kudanya siapa ?” tanyaku

“Itu dahulunya  kuda kerajaan, Puteri, kudanya permaisuri Galuga, Puteri Setyawati.”
“Ibundanya pangeran Biru dan Puteri Kuning ?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun