Di atas panggung, kita dulu berperan,
menyusun cinta dari naskah buatan tangan,
setiap tatap penuh rekayasa rasa,
setiap senyum adalah tanda baca yang direka.
Namun ketika lampu panggung padam,
dan tirai tak lagi menutupi diam,
aku melihatmu bukan lagi tokoh cerita,
melainkan manusia dengan luka dan tawa yang nyata.
Cinta yang dulu manis dalam skenario,
kini belajar berjalan tanpa dialog palsu,
ada salah paham, ada air mata,
tapi juga ada keberanian untuk tetap bersama.
Mungkin cinta sejati memang begini adanya
tak seindah naskah, tak selalu sempurna,
namun justru di sanalah keindahan sesungguhnya
saat drama berakhir, dan realita mulai bicara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI