Mohon tunggu...
Nona Kumala
Nona Kumala Mohon Tunggu... Guru - Guru - Penulis

Berharap pada manusia adalah patah hati secara sengaja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengapa Kau Datang?

10 Agustus 2022   12:10 Diperbarui: 10 Agustus 2022   12:22 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Halo, ini sudah malam. Mau istirahat." Tanpa mempedulikan perasaan orang itu, langsung saja Disa menekan akhiri.

***
Bel berbunyi, para siswa mulai memasuki kelas masing-masing. Dengan ceria, Disa masuk. Sapaan demi sapaan didapatkan, termasuk dari sang kekasih, Haikal.

Hubungan mereka masih terbilang muda, baru mencapai satu tahunan. Mereka saling jatuh hati saat bermain basket bersama. Awalnya, Disa memang tidak nyaman, tetapi seiring berjalannya waktu rasa itu kini sudah tumbuh besar.

Bu Renda selaku wali kelas datang dengan seseorang ikut di belakang. Keadaan jadi sedikit ribut saat melihat penampilan siswa baru yang jauh dari tipe teman mereka. Disa hanya diam, mencoba mengingat siapa itu. Seperti pernah melihat, hanya saja lupa ada di mana.

"Anak anak, ini teman baru kita. Perkenalkan dirimu, Nak!"

"Nama saya Rio Dewalangit, pindahan dari-"

Perkenalan terhenti kala tawa Haikal menggelegar, diikuti oleh anak-anak lainnya. Mereka menertawakan nama yang tak sesuai dengan penampilan. Sedangkan Disa hanya diam menatap murid baru itu, ingat bahwa orang itulah yang menyelamatkan dirinya kemarin.

Setelah menggertak anak-anak yang tertawa, Bu Renda mempersilahkan Rio duduk di meja kosong sebelah kiri Disa. Haikal yang berada di sebelah kanan gadis itu menatap sinis, tak suka melihat anak baru itu duduk dekat sang kekasih.

***
Sudah satu jam Disa berdiri di parkiran. Namun, tak ada tanda-tanda Haikal kembali dari kamar mandi. Merasa ada yang tak beres, akhirnya Disa memilih menyusul. Sesampainya di toilet, dia sama sekali tidak menemukan siapa. Sangat sepi.

Disa uring-uringan, berputar ke sana-sini. Rasa takut mulai menghampiri kala cahaya sang bagaskara mulai meredup. Tiba-tiba netra coklat gadis itu tertarik ke gudang. Dengan tergesa kakinya melangkah menuju ruangan itu, tetapi terhenti tepat di depan pintu. Suara ringisan membuat jantungnya bergerak lebih cepat. Meski rasa takut lebih mendominasi, rasa penasaran juga meronta ingin melihat ada apa di dalam.

Tangan kecil itu memutar gagang pintu. Tidak terkunci. Sebuah tangan kekar memaksanya masuk hingga penampakan mengerikan berasal di depan mata. Tubuhnya gemetar dengan napas memburu. Bagaimana mungkin orang yang disayang kini sedang meregang nyawa di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun