Mohon tunggu...
S. Kholipah
S. Kholipah Mohon Tunggu... Sedang belajar menulis

Setiap hari belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Latihan Menderita Menurut Stoikisme

7 Februari 2025   11:35 Diperbarui: 7 Februari 2025   11:35 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah kisah tragis yang mengguncang Indonesia terjadi pada Minggu, 13 Mei 2018. Seorang anak bernama Vincentius Evan (11 tahun) dikenal sebagai sosok yang gemar membantu teman-temannya yang tertinggal dalam pelajaran. Sayangnya, ia menjadi korban dalam sebuah serangan keji yang merenggut nyawanya dan adiknya, Nathan. Tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga mereka, tetapi orang tua Evan dan Nathan memilih untuk merespons dengan pengampunan dan ketegaran yang luar biasa.

Dari kisah ini, kita belajar bahwa dalam menghadapi musibah, kita dihadapkan pada dua pilihan: larut dalam kesedihan yang tak berujung atau berusaha bangkit dan menemukan makna di balik penderitaan.

Kesusahan dan musibah adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu, pada suatu titik dalam hidupnya, akan menghadapi peristiwa yang menguji ketahanan, mental, dan spiritualnya.

Enam Cara Menghadapi Tragedi dan Musibah

1. Menggunakan Mindset "Ini Akan Memperkuat Saya" Filsafat Stoikisme mengajarkan bahwa setiap musibah adalah peluang untuk menjadi lebih kuat. Seperti yang dikatakan Epictetus, "Setiap kejadian atau musibah adalah keuntungan bagi saya."

Banyak tokoh dunia yang menghadapi kegagalan besar sebelum mencapai kesuksesan. Walt Disney, misalnya, pernah dipecat dari sebuah perusahaan surat kabar karena dianggap "tidak cukup kreatif." Oprah Winfrey mengalami pemecatan dari pekerjaannya sebagai penyiar berita karena dianggap tidak cocok tampil di televisi. Steve Jobs sendiri mengalami momen pahit saat dikeluarkan dari perusahaannya sendiri, Apple, sebelum akhirnya kembali dan menjadikannya raksasa teknologi dunia.

Namun, semua kegagalan itu tidak menghentikan mereka. Justru, mereka menggunakannya sebagai bahan bakar untuk terus maju. Setiap kesulitan yang datang dijadikan peluang untuk belajar, berkembang, dan menjadi lebih tangguh.

Ketika kita menghadapi musibah, kita bisa memilih untuk melihatnya sebagai akhir atau sebagai awal yang baru. Dengan pola pikir yang tepat, setiap tantangan bisa menjadi batu loncatan untuk mencapai sesuatu yang lebih besar. Seperti yang dikatakan Marcus Aurelius, "Hambatan di jalan justru menjadi jalan itu sendiri."

2. Melawan Pola Pikir Destruktif (3P) Filosofi Stoikisme juga menekankan pentingnya melawan tiga pola pikir negatif:

  • Personalisasi: Menyalahkan diri sendiri atas musibah yang terjadi.

  • Pervasiveness: Menganggap musibah di satu aspek kehidupan berdampak pada seluruh hidup.

  • Permanence: Meyakini bahwa penderitaan akibat musibah akan berlangsung selamanya.

Pola pikir ini hanya akan memperburuk keadaan dan menghambat kita untuk bangkit.

  1. Menerima Penderitaan Seperti halnya kematian, penyakit, dan bencana alam, ada banyak hal dalam hidup yang berada di luar kendali kita. Dalam menghadapi musibah, kita perlu belajar menerima kenyataan dengan lapang dada agar bisa melanjutkan hidup dengan lebih tenang.

  2. Menang dengan Bertahan Dalam menghadapi kesulitan, terkadang kita tidak perlu "mengalahkan" cobaan tersebut. Bertahan dan tetap teguh saja sudah merupakan kemenangan. Filosof Stoik seperti Seneca dan Marcus Aurelius membandingkan manusia dengan batu karang yang tetap kokoh meskipun dihantam gelombang besar.

  3. Latihan Menderita (Premeditatio Malorum) Untuk menghadapi musibah dengan lebih siap, kita bisa berlatih "menderita" dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya:

    • Hidup sederhana selama beberapa hari untuk mengurangi ketergantungan pada kenyamanan.

    • Makan seadanya atau mencoba berhemat agar tidak terbiasa dengan kemewahan yang bisa sewaktu-waktu hilang.

    • Menghindari ketergantungan emosional pada hal-hal material.

Dengan melakukan latihan ini, kita akan lebih tangguh jika suatu saat benar-benar mengalami kesulitan.

  1. Halangan adalah Jalan Musibah bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah jalan baru. Steve Jobs, misalnya, pernah dipecat dari Apple, tetapi justru dari peristiwa itu ia akhirnya membangun Pixar dan kembali ke Apple dengan lebih sukses. Jika kita bisa mengubah cara pandang kita terhadap musibah, kita akan menemukan peluang di dalamnya.

Musibah adalah bagian dari kehidupan yang tak terelakkan, tetapi cara kita menyikapinya menentukan bagaimana kita akan keluar dari kesulitan tersebut. Dengan mengadopsi pola pikir yang lebih positif, melatih diri untuk menghadapi kesulitan, dan melihat musibah sebagai kesempatan untuk bertumbuh, kita bisa melewati masa-masa sulit dengan lebih kuat dan bijaksana. Seperti kata pepatah, "What doesn't kill you makes you stronger."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun