Sebuah kisah tragis yang mengguncang Indonesia terjadi pada Minggu, 13 Mei 2018. Seorang anak bernama Vincentius Evan (11 tahun) dikenal sebagai sosok yang gemar membantu teman-temannya yang tertinggal dalam pelajaran. Sayangnya, ia menjadi korban dalam sebuah serangan keji yang merenggut nyawanya dan adiknya, Nathan. Tragedi ini meninggalkan luka mendalam bagi keluarga mereka, tetapi orang tua Evan dan Nathan memilih untuk merespons dengan pengampunan dan ketegaran yang luar biasa.
Dari kisah ini, kita belajar bahwa dalam menghadapi musibah, kita dihadapkan pada dua pilihan: larut dalam kesedihan yang tak berujung atau berusaha bangkit dan menemukan makna di balik penderitaan.
Kesusahan dan musibah adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu, pada suatu titik dalam hidupnya, akan menghadapi peristiwa yang menguji ketahanan, mental, dan spiritualnya.
Enam Cara Menghadapi Tragedi dan Musibah
1. Menggunakan Mindset "Ini Akan Memperkuat Saya" Filsafat Stoikisme mengajarkan bahwa setiap musibah adalah peluang untuk menjadi lebih kuat. Seperti yang dikatakan Epictetus, "Setiap kejadian atau musibah adalah keuntungan bagi saya."
Banyak tokoh dunia yang menghadapi kegagalan besar sebelum mencapai kesuksesan. Walt Disney, misalnya, pernah dipecat dari sebuah perusahaan surat kabar karena dianggap "tidak cukup kreatif." Oprah Winfrey mengalami pemecatan dari pekerjaannya sebagai penyiar berita karena dianggap tidak cocok tampil di televisi. Steve Jobs sendiri mengalami momen pahit saat dikeluarkan dari perusahaannya sendiri, Apple, sebelum akhirnya kembali dan menjadikannya raksasa teknologi dunia.
Namun, semua kegagalan itu tidak menghentikan mereka. Justru, mereka menggunakannya sebagai bahan bakar untuk terus maju. Setiap kesulitan yang datang dijadikan peluang untuk belajar, berkembang, dan menjadi lebih tangguh.
Ketika kita menghadapi musibah, kita bisa memilih untuk melihatnya sebagai akhir atau sebagai awal yang baru. Dengan pola pikir yang tepat, setiap tantangan bisa menjadi batu loncatan untuk mencapai sesuatu yang lebih besar. Seperti yang dikatakan Marcus Aurelius, "Hambatan di jalan justru menjadi jalan itu sendiri."
2. Melawan Pola Pikir Destruktif (3P) Filosofi Stoikisme juga menekankan pentingnya melawan tiga pola pikir negatif: