Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Lakukan 4 Hal ini Dalam Menemani Anak Merancang Masa Depan

13 Mei 2022   18:34 Diperbarui: 14 Mei 2022   13:06 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merancang masa depan anak.| Shutterstock via Kompas.com

Tiga bulan terakhir ini, anak-anak kita yang bersekolah menggunakan Kurikulum Nasional, telah dan tengah menyelesaikan ujian sekolah.

Sepengetahuan saya, untuk kelas akhir SMU sudah berlangsung sejak Maret-April lalu, demikian juga dengan tingkat SLTP yang baru saja selesai melaksanakan ujian sekolah di pertengahan April. Kini anak-anak tingkat akhir SD sedang menjalani masa ujian tersebut.

Adik-adik kelas akan bergantian mengikuti penilaian akhir semester genap sejak akhir Mei hingga Juni nanti, sebagai syarat kenaikan kelas untuk tahun ajaran baru.

Kita sebagai orangtua kadang merasa kaget, tak terasa anak-anak semakin besar dan bertumbuh remaja dan dewasa. Ada yang bersiap mendaftar ke sekolah lanjutan tingkat pertama, tingkat atas dan perguruan tinggi.

Demikian juga dengan anak saya, yang telah mendaftar sekolah lanjutan tingkat atas melalui jalur reguler pada Februari 2022 lalu. Setelah melalui tahap seleksi dan tes, akhirnya telah dinyatakan lulus dan diterima. 

Bisa jadi Anda dan anak masih harus berjuang untuk mengikuti proses pendaftaran sekolah secara umum yang akan diselenggarakan pada akhir Mei hingga awal Juli 2022 nanti.

***

Sebagai orangtua, peran kita tentu harus bersinergi dengan para guru di sekolah, agar pendidikan yang kita terapkan pada anak terus berkesinambungan dan memberikan panduan dalam proses belajar mengajar.

Tak hanya tentang pendidikan akademis, pendidikan akhlak, budi pekerti dan tanggung jawab lainnya, perlu ditanamkan sedari dini kepada anak-anak agar menjadi generasi berperilaku mulia.

Pada kesempatan jelang ramadhan, dua pekan sebelum ujian sekolah dilaksanakan, saya dan suami memenuhi undangan sekolah guna mengikuti kajian parenting khusus untuk siswa kelas 9.

Sebuah kajian yang menarik dan menggugah semangat dan pemahaman kami sebagai orangtua, tentang hal apa saja yang dialami remaja saat ini, khususnya siswa di sekolah tempat anak kami menimba ilmu. Bisa jadi, anak-anak lebih terbuka bercerita pengalamannya kepada guru dibanding ke orang tuanya sendiri.

Mengapa khusus kelas 9? Mengapa tidak bersamaan dengan orangtua dari kelas lainnya? 

Hal tersebut karena anak-anak kelas 9 yang beranjak remaja, tengah bersiap menyongsong masa dewasanya, melalui proses pergaulan dan pertemanan kelak di sekolah lanjutan atas. Juga persiapan tahap merancang masa depannya yang bakal dijalani di perguruan tinggi.

***

Dalam keimanan yang kami anut, Allah SWT memerintahkan ummatnya agar menjaga diri dan keluarga dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras, mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang siperintahkan-NYA kepada mereka. Para malaikat itu selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-NYA.

Hal tersebut adalah firman Allah SWT yang tertuang dalam QS.At-Tahrim ayat 6.

Ayat ini menjadi pembuka kajian parenting yang disampaikan oleh Ustadzah Husnul Khatimah Umar, S.Psi selaku Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah anak kami. Beliau aktif menjadi konselor remaja di Kota Samarinda.

Ya, sebagai orangtua, kita tak mampu selama 24 jam penuh mengawasi dan menjaga anak dalam pandangan dan pantauan langsung. Bahkan ketika berada di sekolah pun, para guru tak sepenuh waktu mendampingi mereka.

Dibutuhkan kerja sama yang baik antara ketiga pihak, yaitu anak, orangtua dan guru dalam saling menjaga dan mengawasi, agar anak-anak tetap berada dalam jalur yang benar di dalam pendidikan dan pergaulan.

Harapannya, tentu selain bagus dalam hal prestasi akademik, anak-anak juga memiliki akhlak yang baik, beretika, beradab, sopan, santun, jujur dan bertanggung jawab. Masa kehidupan mereka tidaklah sama dengan zaman orangtuanya meremaja.

Perbedaan generasi ke generasi (Bidik layar materi kajian parenting Ustadzah Husnul Khatimah)
Perbedaan generasi ke generasi (Bidik layar materi kajian parenting Ustadzah Husnul Khatimah)

Apalagi dengan generasi anak sekarang yang segala sesuatunya serba canggih dan instan, cenderung kurang gigih dalam daya juang, namun sangat cepat belajar dan menyerap teknologi baru.

Berbeda dengan zaman kita yang mengenal kayu bakar sebagai bahan bakar memasak nasi dengan tungku hingga beralih perlahan dengan berbagai metode masak menuju teknologi canggih ricecooker.

Anak milenial cukup satu atau dua kali klik pada satu alat multifungsi, bisa memasak apa saja seperti bubur, nasi liwet, nasi rendah karbohidrat, dan lain-lain.

Perbedaan zaman tentu ada perbedaan perlakuan dalam pendidikan dan pergaulan anak. Masa akil baligh dari anak-anak ke dewasa juga semakin cepat.

Menurut Psikolog Adriano Rusfi, Aqil Baligh adalah masa kematangan fisik (baligh) manusia yang melahirkan nafsu, baik nafsu seks (eros/life instinct) maupun nafsu agresivitas (thanatos/death instinct). Dan yang mampu mengendalikannya adalah akal (aqil)

Kita perlu berempati pada anak-anak kita, agar ketika kita bangun kematangan fisiknya, jangan lantas kita lalaikan kematangan mentalnya. Karena mereka perlu panduan dan bimbingan agama agar mampu mengendalikan nafsunya.

Hal ini untuk menghindari terjerumusnya anak-anak kita pada pergaulan bebas atau salah dalam orientasi seksual yang bisa mengancam proses kehidupan masa depannya.

Lalu, bagaimana cara kita sebagai orangtua menemani anak dalam merancang masa depannya? Tak hanya sukses dalam pendidikan dan karier sesuai cita-citanya, namun juga dalam menjalani tahap-tahap kehidupannya sebagai insan mandiri dan religius.

***

Ilustrasi gambar: https://www.istockphoto.com
Ilustrasi gambar: https://www.istockphoto.com

Ustadzah Husnul Khatimah memaparkan 4 hal yang dapat orangtua lakukan dalam menemani anak merancang masa depannya.

Pertama, doa. 

Ini merupakan hal pertama dan utama, karena tidak setiap waktu selamanya kita bersama anak, mengawasinya, dan mendampinginya. Kekuatan doa adalah segalanya dalam melibatkan Allah SWT di setiap aktivitas kita, termasuk dalam merancang masa depan yang hanya Allah sajalah yang tahu tentang kehidupan mendatang.

Allah adalah sebaik-baik penjaga alam semesta ini, sebagaimana firmanNya dalam QS.Ibrahim ayat 35, 40 dan 41; QS. As-Shaffat ayat 100; QS. Al-Baqarah ayat 127-128 san QS.Ali Imran ayat 38.

Saat kita tak bersama mereka, jauh dari pandangan dan pelukan, doa kita sebagai orangtua sejatinya adalah tameng dan penyambung pengawasan. Anak adalah titipan Allah, maka kita titipkan pengawasan kepadaNYA.

Kedua, fokus pada tujuan.

Tanyakan kepada anak-anak, kelak ingin berprofesi sebagai apa, bagaimana gambaran kehidupan yang ingin dijalani. Kita dengarkan apa yang menjadi pendapat atas cita-citanya.

Diskusikan bersama mengenai sekolah yang dituju, kursus apa yang bisa mendukung cita-citanya, lingkungan pertemanan dan pergaulan yang positif dan mendukung. 

Proses ini juga kami lalui, saat anak menyatakan keinginan dan cita-citanya. Kami memberikan saran dan masukan yang dibutuhkannya. Sesuai harapan anak, hasil psikotest yang dijalani pada akhir pembelajaran sekolah tingkat pertama dan penerimaan siswa baru calon sekolah tingkat atas, menunjukkan arah kecenderungan jurusan atau profesi sesuai yang diinginkannya saat ini.

Ya, anak memiliki keunikan masing-masing dengan kepribadian dan karakter yang melekat. Mereka memiliki cita-cita dan tujuan hidupnya sendiri.

Namun, kita tetap bisa mengarahkan mereka dalam hal fundamental berkaitan dengan aqidah, syariat dan akhlak.

Ketiga, segitiga pengaruh

Hal ini merupakan tindakan keteladanan dari orangtua kepada anak sebagai pedoman dalam melangkah meraih masa depannya, yaitu:

Dilihat. Orang tua melakukan komitmen dalam beribadah, menjalankan tanggung jawab keluarga, peduli pada lingkungan, perhatian pada pendidikan anak dengan tindakan nyata. Apa yang dilakukan orang tua dilihat oleh anak dan dicontoh oleh mereka.

Saat orangtua shalat tepat waktu, menyisihkan waktu untuk tilawah, menyiapkan dana tersendiri untuk sedekah, menabung untuk keperluan sekolah dan lain-lain. Anak melihat tindakan keteladanan dari orangtua dan mengikutinya tanpa kita menuntut mereka harus meniru. Karena kebaikan tersebut in syaa Allah dicontoh oleh mereka. 

Lakukan saja secara berurutan, teratur dan disiplin, niscaya kita menuai kebaikan dari anak karena meneladani keteraturan kehidupan dengan baik.

Dirasakan. 

Berilah kesempatan dan waktu agar anak dekat dengan kita sebagai orangtua. Juga berikan ruang saat anak sedang ingin sendiri atau bersama dengan teman sebayanya. Jadi jangan terburu-buru agar anak harus segera dekat dengan kita.

Bonding atau ikatan yang kuat antara anak dan orangtua, akan menjadi perisai efektif baginya di lingkungan pergaulan bersama teman-temannya.

Dengan merasakan apa yang menjadi kekhawatiran atau kepercayaan orangtua, maka anak pun akan mengikuti perasaan tersebut agar mejaga amanah pergaulannya

Didengarkan. Ketika anak menyampaikan keluh kesahnya kepada orangtua, menghadapi masalah dan membutuhkan solusi, siapkan diri kita menjadi pendengar yang baik. Maka, ketika kita memberikan nasehat, anak pun akan menyimak dan mendengarkannya dengan menggunakan hati.

Keempat, komunikasi efektif

Hal ini berkaitan dengan hubungan baik dan harmonis antara anak dan orangtua. Baik komunikasi verbal keseharian maupun komunikasi batiniah karena adanya ikatan yang kuat antarkeduanya.

Upayakan kita lebih banyak mendengar, karena anak yang tidak didengar suara hati dan pikirannya, tidak mudah pula untuk mau mendengar.

Hindari pelabelan negatif kepada anak, berikanlah pujian atas proses kwbaikan yang telah dilakukan dan sanpaikan nasehat baik apabila mereka melakukan kesalahan.

Siapkan waktu luang menikmati kualitas kebersamaan dengan keluarga. Siapkan diri untuk menerima kritik dan saran dari anak, sehingga tercipta saling percaya antarkeduanya.

***

Kita tidak bisa memilih memiliki anak seperti apa, tapi kita bisa memilih menjadi orangtua yang seperti apa

Masa depan anak merupakan tanggung jawab orangtua dalam membimbing dan mengajarkannya.

Merancang masa depan menjadi anak yang sukses, berprestasi, juga pastinya yang berbakti kepada orangtua dan guru.

Pula kita ingatkan bahwa masa depan sesungguhnya adalah merancang dari sekarang agar kelak kita sehidup sesurga, dunia dan akhirat. Aamiin.

Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS.Ath-Thur ayat 21).

Demikian, semoga bermanfaat.

***

Sumber: Kajian Parenting bersama Ustaszah Husnul Khatimah Umar, S.Psi

Referensi: 1

***

Artikel 56 - 2022

#Tulisanke-356
#Edukasi
#MerancangMasaDepan
#NulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun