Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Rindu" Membuatku Termehek-mehek (Resensi)

27 Oktober 2020   07:55 Diperbarui: 27 Oktober 2020   08:06 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/bukurepublika

Mbah Kakung dan Mbah Putri Slamet - bukanlah pasangan sepuh kebanyakan. Berusia delapanpuluh tahun, pasangan paling romantis yang pernah ada. Saat melamar dulu, Mbah Kakung ditanya oleh Ayah Mbah Putri, "Apa yang bisa kamu janjikan kepada anakku agar dia bisa bahagia selama-lamanya?" Beliau menjawab: "Bapak, aku memiliki cinta yang besar, hanya itu yang bisa aku janjikan. Dengan cinta itu aku akan memastikan, bahwa putri Bapak akan bahagia selama-lamanya."

Mbah Kakung menyatakan bahwa sejak saat mereka menikah, beliau menjanjikan untuk berangkat haji. Mengunpulkan sen demi sen, tidak peduli berapa tahun, pasti cukup. Meski pendengaran sudah berkurang, mata tak lagi awas, mereka naik haji bersama. Menatap Ka'bah. Itulah yang akan mereka lakukan sebelum maut menjemput. Bukti cinta mereka yang besar.

Bagi saya, novel ini membuat minat baca saya bertambah kepada bacaan-bacaan lain. Karena isinya sarat makna, doa dan harapan dalam menjalani kehidupan. Setiap insan memiliki kisahnya masing-masing, bukan? Demikian pula dengan tokoh-tokoh dalam RINDU ini.

Sebagaimana disampaikan di awal, kapal ini memuat pertanyaan dan berikut jawaban atas segala apa yang terjadi pada masing-masing tokoh. Jawaban atas lima pertanyaan yang muncul dalam kisah ini, seluruhnya masing-masing memiliki kata kunci, yaitu tiga bagian yang tidak terpisahkan satu sama lain. Pahami ketiga bagian ini, pikirkan dengan baik. Semoga itu mampu memberikan lampu kecil dalam kehidupan.

Hal-hal yang membuat saya berminat membaca buku ini adalah sentuhan wejangan dan perenungan berdasarkan pada petunjuk Allah SWT yang dikemas secara apik, dituturkan dengan lembut oleh sang tokoh. Penulis sangat piawai mengalirkan narasi.

Pertanyaan yang awal mula terjawab adalah milik Bonda Upe. Masa lalu yang menjadi beban hidupnya, ia jalani tanpa ada pilihan untuk merdeka, karena merasa nasib baik tidak berpihak padanya. "Apakah Allah akan menerimanya di tanah suci? Akankah perempuan hina sepertiku berhak menginjak Tanah Suci? Apakah Allah akan menerimaku? Atau mengabaikan perempuan pendosa seperti diriku?" (hal.310)

Jawaban dan nasehat yang disampaikan oleh ulama masyhur sangatlah bijak, bisa disimak mulai halaman 311-315. Inti dari pemahaman baiknya adalah: berhenti lari dari kenyataan hidup, berhenti cemas atas penilaian orang lain, dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin.
Apakah Allah akan menerima seorang pendosa atau tidak, hanya Allah yang tahu. Kita hanya bisa berharap dan takut. Senantiasa berharap atas ampunannya. Selalu takut atas adzabnya. Satu perbuatan baik, bisa menjadi sebab kita diampuni.

Pertanyaan kedua terlontar dari Ruben, si Bostwain, pendukung tokoh utama, tentang apa arti kebahagiaan sejati. Namun, hal ini justru menggeliatkan rasa gelisah di hati Andi - panggilan Daeng Andipati. Apakah dengan segala yang ia miliki, telah membuatnya bahagia? Sedangkan dendam kesumatnya pada seseorang telah menghinggapinya bertahun-tahun lamanya, bahkan kebenciannya makin pekat setiap harinya. Kisah hidupnya yang pilu terpaparkan di halaman 365 - 371.

"Apakah aku bahagia, Gurutta? Aku tidak tahu." (Hal.366)
"Bagaimana mungkin aku bisa naik haji dengan membawa kebencian sebesar ini? Apakah tanah suci akan menerima seorang anak yang membenci ayahnya sendiri? Bagaimana caranya agar aku bisa memaafkan semuanya? Bagaimana caranya agar semua ingatan itu enyah pergi?"  (Hal.371)

Jawaban dan nasehat yang disampaikan oleh laki-laki tua yang bijak di kapal tersebut, bisa disimak mulai halaman 373-377. Inti dari pemahaman baiknya adalah: "Berhenti membenci ayahmu, karena kau sedang membenci diri sendiri. Berikanlah maaf karena kau berhak atas kedamaian dalam hati. Tutup lembaran lama yang penuh coretan keliru, bukalah lembaran baru. Semoga kau memiliki lampu kecil di hatimu."

Pertanyaan ketiga datang dari Mbah Kakung Slamet. Sebenarnya beliau sudah tidak memiliki pertanyaan-pertanyaan lagi dalam hidupnya. Sejak ia menikah, semua seakan sudah terjawab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun