Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... freelancer

Penulis Cerpen "Astaga! KKN di Desa Legok" dalam buku KKN Creator (2024). Fokus cerpen dan story telling. Skill business analyst, SMEs, green productivity, and sustainability. Kolaborasi, kontak ke wiryawansisca@gmail.com yang ingin dianalisis laporan keuangan, dll e-mail saja bahan2nya.dah biasa kerja remote. trims bnyk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sendu di Balik Kearifan Lokal Kaki Gunung Pangrango

23 April 2025   23:10 Diperbarui: 23 April 2025   23:36 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaki Gunung Pangrango. Sumber: dokumen pribadi.

            "Masih lajang."

            Kedua mata Dodi langsung berbinar. "Mau ya aku carikan jodoh? Kebetulan anak Haji Romli sedang mencari istri. Kau pasti akan hidup sejahtera. Haji Romli orang terkaya di kampung ini. Rumahnya ada 3 buah. Tanah sawahnya puluhan hektar. Mobilnya ada 4 buah. Bagaimana? Tertarik, tidak?"

            Mendengar promosi gencar tersebut, Rani menyeringai. "Maaf, aku sudah memiliki pacar."

            "Hah! Masa seumurmu masih pacaran? Seharusnya, segera menikah. Memangnya, pacarmu kerja apa?"

            "Programmer."

            Dodi mengibaskan tangan kanannya seolah menghalau keberadaan pacar Rani yang merupakan lalat pengganggu. "Ah, jika jodoh tak akan ke mana. Selama janur kuning belum terpancang, statusmu bebas mencari jodoh. Jangan menyia-nyiakan kesempatan!"

            Rani terkejut mendengar pandangan si penjual sayur. "Aku sudah berjanji untuk menunggunya. Maaf, aku sudah selesai berbelanja. Berapa harga semuanya?"

            "Sayur sop 5 ribu Rupiah. Bahan sambal 5 ribu Rupiah. Terung ungu 5 ribu Rupiah. Satu kilogram kentang 20 ribu Rupiah. Total, 35 ribu Rupiah."

            Rani pun menyodorkan selembar uang 50 ribu Rupiah. Setelah menerima uang kembalian, ia pun membalikkan tubuh untuk pulang. Tapi, Dodi menahannya.

            "Tunggu sebentar," pinta Dodi sembari tersenyum lebar. Ia menuliskan sesuatu di secarik kertas. "Ini no handphone-ku. Jika Rani berubah pikiran dan ingin dijodohkan, maka jangan ragu untuk menelepon."

             Rani pun terpaksa menerima carikan kertas tersebut dan menyimpannya di dalam dompet kulitnya. Ia pun segera melangkahkan kaki untuk pulang. Tak berani naik ojek motor pengkolan karena takut tergelincir masuk ke dalam ngarai yang terdapat di sepanjang sisi jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun