"Galuh, jika ada hantu kelabang, sebaiknya dibuat pagar bambu kuning. Kebetulan ada rumpun bambu kuning dekat pemakaman besar keluarga kita," ujar Paman Danang. Wajahnya yang dihiasi keriput, tampak sangat serius.
     "Bambu kuning fungsinya apa?" tanya Galuh Caraka pada kerabatnya tersebut.
     "Bambu kuning untuk mengurung makhluk halus itu."
     "Sebenarnya, makhluk halus itu datang dari mana, ya? Selama aku tinggal di sini, belum pernah sekali pun ada yang melihatnya. Hanya Ranran dan Rio yang melihatnya."
     "Rio?"
     "Itu kakaknya Leo. Kau tahu kan Leo? Mahasiswa yang mengontrak paviliun bawah. Rio sering datang menjenguk Leo. Ia memiliki Indera keenam seperti Ranran, bisa melihat adanya makhluk halus."
     "Apa kata Rio mengenai hantu kelabang itu?"
     "Hantu itu aneh. Rio melihatnya mondar-mandir di rumah pertama dan halaman rumah seharian. Tak peduli siang dan malam. Sepertinya, hantu itu terikat dengan rumah pertama."
     "Dan Rani? Juga melihatnya di rumah pertama?"
     Galuh mengganggukkan kepala. "Rani pertama kali melihatnya saat di dapur rumah kedua. Makhluk kelabang itu mengendus seluruh penjuru rumah kedua, kecuali basement yang dihuni oleh Hawuk, roh penunggu rumah. Menurut Rani, makhluk kelabang itu tak bisa melanggar perbatasan area yang dikuasai Hawuk. Tapi sekarang makhluk kelabang itu tak bisa masuk ke rumah kedua karena aku dan Rani membaca Surah Yassin setiap malam. Tapi ngeri juga jika makhluk halus itu tetap ada di sekitar kita."
     "Sebaiknya, pagar bambu kuning dipasang secepatnya. Khawatirnya makhluk halus itu menerobos masuk rumah kedua lagi."