Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... freelancer

Penulis Cerpen "Astaga! KKN di Desa Legok" dalam buku KKN Creator (2024). Fokus cerpen dan story telling. Skill business analyst, SMEs, green productivity, and sustainability. Kolaborasi, kontak ke wiryawansisca@gmail.com yang ingin dianalisis laporan keuangan, dll e-mail saja bahan2nya.dah biasa kerja remote. trims bnyk

Selanjutnya

Tutup

Horor

Misteri Caraka, Bab 9, Ibarat Bunga yang Merekah

8 April 2025   22:00 Diperbarui: 8 April 2025   20:58 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebun Teh Sukawana Bandung. Sumber: Bandung Tour.

          "Hey, gadis licik! Aku membenci senyum tak berdosamu. Tak ada kata lain kali. Ini kan hari terakhir LDK. Masa kau tak iba padaku? Setidaknya, tolong bersihkan wajahku yang seperti kue lumpur ini," ujar Irma dengan suara hampir menangis. Ia memang seperti boneka pematang sawah yang disiram lumpur.

          Mulut Irma memang segarang singa, tapi hatinya selembut bulu koala. Rani pun cekikikan. Dengan lembut, ia berusaha membersihkan wajah temannya itu dengan tissue basah. Tapi mustahil untuk melenyapkan semua noda lumpur membandel yang sudah mengerak sempurna tersebut.

***    

          "Rani, kau salah lagi. Seharusnya, kau berputar lalu sibakkan kedua lenganmu ke samping seperti ini. Ibaratnya bunga yang merekah," ujar Mas Joko, tentara berpangkat Sersan Dua yang melatih gerakan tari poco-poco untuk terakhir kalinya pada acara gladi resik penutupan LDK.

          Dengan putus asa, Rani berusaha menirukan gerakan lincah Mas Joko. Tapi tubuhnya yang sekaku kawat, tak mau menuruti perintah otaknya. Aduh, gawat! Ia menggigit bibir mungilnya. Bagaimana jika kelompoknya kalah dalam perlombaan koreografi kelompok dan dihukum akibat gerakannya yang tak kompak? Mereka pasti membencinya.

          "Bukan begitu, Rani. Lihatlah lagi baik-baik! Ayunkan kaki kananmu seperti ini. Kemudian, angkat kedua lenganmu. Berputarlah dengan cepat!" kata Mas Adi, rekannya Mas Joko yang bertubuh lebih kurus. Ia tampak putus asa dengan Rani yang seperti reinkarnasi boneka kayu. Bagaimana mungkin gadis semampai ini tak sanggup melakukan tarian sederhana? Padahal setengah jam lagi acara penutupan LDK akan dimulai.


          Rani sungguh penasaran. Kok tentara-tentara yang tegap dan berotot ini, luwes sekali menari poco-poco. Tubuh mereka lentur seperti karet. Sementara gerakan tari Rani tak kunjung membaik. Semakin lama wajahnya semakin pucat. Karena gugup, gerakan tarinya pun semakin kacau. Huhu!

          Akhirnya, Mas Joko pun terpingkal. "Ini tarian kungfu dewa mabuk, bukan poco-poco. Rani memang berbakat."

          Komentarnya disambut gelak tawa cama-cami teman sekelompok Rani. Harus diakui menonton tingkah Rani yang gelagapan sungguh menghibur. Memang menyadari orang lain lebih menderita, membuat diri sendiri merasa lebih bahagia.

          "Sudah, gerakan tarian Rani kan mencolok. Lebih baik posisi Rani di tengah kelompok saja. Jadi, walaupun gerakannya beda sendiri, ia akan tampak bagus."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun